BERPIKIR
A.
Pengertian Berpikir
Berpikir merupakan kegiatan memproses informasi
secara internal kognitif dengan memanipulasi informasi tersebut untuk
menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah.
B.
Jenis, Tipe dan Pola Berpikir
1.
Jenis Berpikir
a.
Berpikir autistik, proses berpikir yang sangat pribadi.
b.
Berpikir langsung, berpikir untuk memecahkan masalah.
2.
Tipe Berpikir
a.
Berpikir vertikal (konvergen), tipe berpikir tradisional dan
generatif yang bersifat logis dan matematis dengan menggunakan hanya informasi
relevan.
Karakteristik berpikir vertikal:
1)Vertikal: bergerak secara bertahap, 2)
konvergen: terfokus menuju pada jawaban yang paling benar, 3) sistematis:
terstruktur, logis rasional empiris, 4) dependen, 5) teramalkan.
b.
Berpikir lateral (divergen), tipe berpikir selektif dan kreatif
yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga
untuk hasil, dan dapat menggunakan
informasi yang tidak relevan.
Karakteristik berpikir lateral:
1)lateral: memandang suatu persoalan dari
beberapa sisi, 2) divergen: menyebar ke berbagai arah untuk menemukan banyak
jawaban, 3) holistik sistemik: bersifat menyeluruh global, 4) intuitif
imajinatif, 5) independen, 6) tidak teramalkan.
3.
Pola Berpikir
a. Berpikir
kongkrit, berpikir dalam dimensi ruang, waktu, tempat tertentu.
b. Berpikir
abstrak, berpikir dalam ketidakberhinggaan.
c. Berpikir
klasifikatoris, berpikir mengenai klasifikasi.
d. Berpikir
analogis, berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa.
e. Berpikir
ilmiah, berpikir dalam hubungan yang luas disertai dengan pembuktian.
f.
Berpikir pendek, berpikir secara lebih cepat,
lebih dangkal, dan seringkali tidak logis.
C.
Cara Mengidentifikasikan Cara Berpikir Seseorang
Untuk mengetahui kecenderungan cara berpikir
seseorang dapat dilihat dari dimensi-dimensi yang merupakan indikator dari
proses kognisi yang terjadi ketika seseorang menerima dan mengolah informasi
serta merespon stimuli. Cara berpikir tersebut adalah:
1.
Orientasi perhatian, artinya bagaimana individu mengarahkan perhatian
terhadap suatu obyek: bersifat global, sistemik, totalitas, atau bersifat
detail, sistematik, dengan menekankan ciri spesifik obyek.
2.
Pola diskriminasi, artinya bagaimana individu melakukan klasifikasi
dan kategorisasi terhadap obyek: dalam konteks yang lebih luas atau dalam
konteks yang lebih spesifik.
3.
Pemecahan masalah, artinya bagaimana seseorang melakukan proses
pemecahan suatu masalah: lateral divergen atau vertikal konvergen.
4.
Fleksibilitas atau kelenturan ide, artinya bagaimana seseorang
memandang suatu persoalan mempunyai independensi atau terikat.
D.
Proses Berpikir
Proses berpikir untuk menghadapi suatu
persoalan membutuhkan tipe berpikir divergen dan konvergen. Fungsi divergen
dibutuhkan untuk menghasilkan kemungkinan jawaban sebanyak-banyaknya, sementara
berpikir konvergen diperlukan untuk memberikan penilaian secara kritis analitis
terhadap hasil pemikiran divergen sehingga diperoleh kebenaran.
Dalam proses berpikir terdapat dua fase, yaitu
fase ide melalui intuisi dan mengekspresikan ide melalui berpikir. Pada fase
pertama, berpikir divergen memegang peranan penting untuk menemukan berbagai
kemungkinan jawaban. Pada fase kedua, berpikir konvergen yang mengambil alih
untuk melakukan penilaian kritis analitis agar ditemukan ide yang relevan dengan
persoalan.
E.
Teori-Teori Berpikir
1.
Pendekatan perkembangan
Pendekatan ini berasumsi bahwa:
a.
Terdapat sebuah kontinum kemampuan berpikir yang merentang dari
bentuk yang paling sederhana ke bentuk yang tinggi
b.
Siswa harus menguasai bentuk berpikir yang lebih rendah sebelum
mampu mencapai bentuk berpikir yang lebih tinggi.
2.
Pendekatan definisional
Pendekatan ini berasumsi bahwa siswa pada semua
level dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Perkembangan
unsur-unsur pemecahan masalah yang efektif dapat dibantu sejak dini dan harus
dibantu melalui disiplin-disiplin. Keterampilan berpikir bekerja dengan baik
bila siswa telah memperoleh pengetahuan yang cukup tepat pada konteks tertentu.
F.
Pengaruh Berpikir pada Belajar
Berpikir merupakan proses penting yang terjadi
di dalam belajar, karena tanpa berpikir atau memikirkan apa yang dipelajari
seseorang tidak akan memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang yang
dipelajarinya tersebut.
Implikasi berpikir dalam praktik pendidikan:
1.
Membantu siswa mencapai penguasaan keterampilan.
2.
Guru harus menggunakan pendekatan mengajar yang sesuai dengan
tujuan.
3.
Guru harus mengajarkan materi pelajaran yang sesuai dengan
konteksnya.
4.
Guru harus membuat siswa mengatasi berbagai masalah nyata tapi
identik dengan tujuan yang diharapkan.
5.
Siswa perlu diminta untuk mengklasifikasi, membuat hipotesis,
menarik kesimpulan, melakukan analisis dan memecahkan masalah.
6.
Guru memainkan peranan penting dalam meningkatkan pemahaman
terhadap proses belajar.
No comments:
Post a Comment