PENGARUH PELAYANAN PRIMA GURU
TERHADAP PARTISIPASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL HUDA SUKARAJA
OKU TIMUR
Latar Belakang Masalah
Guru menjadi salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan siswa, baik yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar maupun hasilnya. Hal ini wajar, karena tugas guru
adalah memberikan pelayanan dalam rangka memenuhi
kebutuhan yang diperlukan oleh siswa. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan
pokok berupa ilmu pengetahuan yang dilakukan melalui proses pembelajaran dan berlangsung dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Ketika seorang guru
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, pada dasarnya guru sedang memberikan
pelayanan terhadap siswa, pelayanan yang diberikan guru tersebut
terencana, sistematis, dan bertujuan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa guru masih menjadi tokoh sentral dalam proses pembelajaran di kelas, guru
masih menjadi pusat pembelajaran. Keberlangsungan proses pembelajaran di kelas
masih sangat tergantung pada sosok guru. Sebagai sosok sentral, guru menjadi
figur yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Pada model
pembelajaran manapun masih tetap memerlukan kehadiran guru untuk mengkoordinir,
memfasilitasi, dan mengarahkan proses pembelajaran. Sebagai sosok yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, guru diharuskan menguasai kompetensi keguruan. Dari
kompetensi-kompetensi yang disyaratkan, intinya guru harus mampu memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada siswa untuk memenuhi kebutuhannya akan
pengetahuan. Siswa berhak memperoleh bimbingan dan pelayanan prima dari guru,
khususnya layanan dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar merupakan
suatu proses yang berfungsi untuk membimbing
siswa di dalam kehidupan, bimbingan yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan
diri siswa baik jasmani maupun rohani agar sesuai dengan perkembangan karakteristik
yang harus dijalankan oleh siswa (Sardiman AM 2001, hlm. 12). Mengembangkan
potensi jasmani dan rohani siswa merupakan tugas yang sungguh berat dan sangat
mulia bagi guru, apalagi untuk guru-guru di madrasah.
Madrasah merupakan salah
satu lembaga pendidikan yang memberikan porsi lebih untuk Pendidikan Agama
Islam, baik secara kelembagaan maupun kurikulumnya. Secara kelembagaan,
madrasah jelas berada di bawah binaan Kementerian Agama bagi yang berstatus
negeri, sedangkan yang berstatus swasta biasanya didirikan oleh lembaga atau
yayasan yang bercorak Islam. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Huda Sukaraja OKU
TIMUR merupakan salah satu madrasah yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren
Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Fakta di madrasah tersebut masih ditemukan ada beberapa
guru yang belum mampu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada siswa. Masih
ditemui penjelasan guru ketika mengajar di kelas yang membingungkan sehingga tidak
dapat dipahami oleh siswa, guru mengajar tanpa memperhatikan tahapan-tahapan
mengajar, guru yang acuh terhadap perilaku siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung, guru yang terkesan pilih kasih dalam memberikan nilai, guru tidak
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan materi pembelajaran, metode
mengajar yang sama untuk semua materi, guru tidak mengaitkan materi dengan
realita kehidupan sehari-hari siswa, guru tidak memanfaatkan media pembelajaran
yang ekonomis, guru tidak memberi waktu siswa untuk berkonsultasi dengannya
tentang kesulitan-kesulitan belajar, guru hadir di kelas tidak sesuai dengan
jadwal, dan masalah-masalah lainnya.
Dampak dari kondisi guru dengan
masalah-masalah tersebut adalah materi pembelajaran masih diajarkan dengan
menggunakan metode konvensional atau ceramah, yaitu pelajaran dimulai dengan
penjelasan guru kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan latihan-latihan
mengerjakan soal yang ada di buku. Pada saat penjelasan guru berlangsung,
sedikit siswa yang memperhatikan dengan penuh konsentrasi, ada saja tingkah
siswa seperti ada yang memperhatikan dengan seksama, diam tanpa arti, coret-coret
di buku atau meja, bergurau dengan teman. Ketika diberi kesempatan bertanya, hanya
satu dua siswa yang berani bertanya atau bahkan tidak satupun siswa yang berani
mengajukan pertanyaan, ketika diajukan pertanyaan kepada siswa, siswapun tidak
mampu menjawab atau menanggapi pertanyaan tersebut dengan benar, sehingga guru
langsung saja menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut. Sebagai akhir dari
kegiatan belajar mengajar, siswa diberi soal-soal latihan untuk dikerjakan.
Hasilnya, setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal habis, masih
banyak siswa yang belum menyelesaikan soal-soal tersebut tepat waktu. Bahkan
banyak siswa yang tidak berani menemui guru di luar kelas. Akhirnya, mayoritas
siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Pembelajaran dengan kondisi tersebut tidak mungkin
akan mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran dengan baik, yaitu guru harus dapat melayani
kebutuhan siswa akan ilmu pengetahuan.
Untuk membimbing siswa, guru harus merencanakan
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan matang, guru harus mampu
memilih metode dan media pembelajaran yang tepat agar usahanya membimbing dapat
berhasil dan sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum, sehingga siswa mau
berpartisipasi aktif dalam belajar agar mencapai prestasi tinggi yang merupakan
salah satu indikator mutu pendidikan di sekolah. Karena untuk membina siswa
agar berpartisipasi aktif dalam belajar, tidaklah mungkin dengan penjelasan
pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan hal-hal
baik yang diharapkan siswa akan mempunyai
sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
Selain kemampuan guru untuk mengelola
pembelajaran, hal yang perlu mendapat perhatian adalah hubungan guru dengan
siswa di dalam proses belajar mengajar, karena hal ini merupakan faktor yang turut menentukan. Bagaimanapun baik bahan pelajaran yang diberikan,
bagaimanapun sempurna metode yang dipergunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis,
maka dapat menciptakan suatu hasil yang dapat mengganggu proses belajar. Kondisi yang
demikian akan menyebabkan siswa tidak memperoleh hasil pembelajaran yang
memuaskan atau dengan kata lain siswa memperoleh hasil belajar yang rendah.
Keberadaan berbagai
masalah tersebut dapat diidentifikasi bahwa penyebab dari kegagalan proses
pembelajaran tersebut berasal dari dua faktor, yaitu faktor guru dan faktor
siswa. Faktor guru yang tidak memberikan pelayanan terbaik kepada siswa dan
faktor siswa yang tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Temuan
kedua faktor penyebab tersebut membuktikan bahwa proses pembelajaran yang
berlangsung selama ini masih memerlukan perbaikan untuk mencapai hasil yang
terbaik. Upaya pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan budaya
kepada para guru agar menerapkan pelayanan terbaik dalam proses pembelajaran.
Upaya kedua dapat dilakukan dengan memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif
selama proses belajar.
Berdasarkan identifikasi
tersebut diperoleh temuan bahwa pelayanan prima guru dan partisipasi belajar
siswa masih rendah atau tidak memuaskan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pelayanan prima guru terhadap
partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.
Rumusan dan Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
”Apakah terdapat pengaruh pelayanan prima guru terhadap
partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR?”
Rumusan masalah di atas
dirinci ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Apakah guru di Madrasah Tsanawiyah
Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR telah menerapkan pelayanan prima dalam proses
belajar mengajar?
2.
Apakah siswa di Madrasah Tsanawiyah
Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR telah berpartisipasi aktif dalam proses belajar
mengajar di kelas?
3.
Apakah terdapat pengaruh
antara pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah
Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR?
Batasan Masalah
Untuk menghindari terjadi perluasan masalah yang tidak
terarah, maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1.
Pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan sendiri oleh penulis dan dibantu oleh guru lain yang
dianggap mampu oleh peneliti.
2.
Pelayanan prima yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima
oleh guru di sekolah. Prinsip-prinsip tersebut adalah kesederhanaan, kejelasan, kepastian
waktu, akurasi, keamanan, tanggung
jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan,
kesopanan, keramahan, dan kenyamanan.
3.
Partisipasi belajar siswa yang
akan diteliti adalah partisipasi siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar
di kelas meliputi: terlibat aktif, bertanya, mengajukan pendapat, menjawab
pertanyaan, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan
untuk:
1.
Mengetahui pelayanan prima
guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.
2.
Mengetahui partisipasi
belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.
3.
Mengetahui pengaruh pelayanan
prima guru terhadap partisipasi belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Sukaraja OKU TIMUR.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk:
1.
Memotivasi guru atau calon guru membangun budaya pelayanan prima di sekolah.
2.
Memberikan masukan kepada guru untuk menerapkan
pelayanan prima dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas dan mencapai hasil
belajar siswa yang setinggi-tingginya.
3.
Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar, karena
aktivitas dan kreativitasnya dihargai berdasarkan kriteria penilaian yang telah
disepakati bersama guru.
4.
Memberikan dasar bagi peneliti berikutnya untuk mengkaji
dan mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan prima guru dan partisipasi
belajar siswa.
Tinjauan Pustaka
Sepengetahuan penulis di Program Pascasarjana IAIN Raden
Fatah Palembang dan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja belum ada
peneliti yang mengkaji tentang penerapan pelayanan prima dalam proses
pembelajaran. Selama ini pelayanan prima lebih banyak digalakkan di bidang
bisnis dan perkantoran. Padahal, apabila pelayanan prima sudah menjadi budaya
bagi para guru dalam proses pembelajaran di sekolah akan membawa dampak yang
sangat baik. Hal ini karena setiap siswa
sudah pasti mengharapkan memperoleh pelayanan yang terbaik dari guru, yaitu
berupa sikap sopan santun, perhatian, dan pelayanan yang tepat terhadap
kebutuhan belajar siswa.
Beberapa penelitian
terdahulu berkaitan dengan pelayanan prima dan partisipasi belajar yang
berhasil ditemukan sebagai berikut:
1.
Supardi (2008), PTK:
Implementasi Metode Tutor Sebaya dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Siswa
pada Pembelajaran Matematika di Kelas VIII-2 SMP Negeri 101 Jakarta Tahun
Pelajaran 2007/2008. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penerapan
metode tutor sebaya dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran matematika di kelas VIII-2 SMP Negeri 101 Jakarta tahun pelajaran
2007/2008. Tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran tergolong tinggi, dan
penerapan metode tutor sebaya berhasil meningkatkan partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran matematika.
2.
Azizuddin (2009), PTK: Peningkatan
Partisipasi Belajar IPS Melalui Strategi Pembelajaran Everyone is Teacher Here
Siswa Kelas VIIIB SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2008-2009. Kesimpulan
dari penelitian tersebut adalah strategi pembelajaran Everyone is Teacher
Here sangat cocok digunakan dalam pembelajaran IPS dan dapat meningkatkan
partisipasi siswa.
3.
Rois Soleh (2009), Skripsi: Penerapan Active Learning dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak untuk Meningkatkan Prestasi Siswa di Madrasah
Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Kesimpulan penelitian tersebut
adalah ada perbedaan prestasi
siswa antara kelompok yang diajar menggunakan metode active learning dengan kelompok yang diajar menggunakan metode
ceramah pada mata pelajaran Akidah Akhlak.
4.
Aena Susanti (2010), Skripsi:
Pengaruh Kedisiplinan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar terhadap Prestasi
Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Sukaraja OKU TIMUR. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Tinggi rendah
kedisiplinan siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar mempengaruhi tinggi
rendah prestasi belajarnya. Semakin tinggi disiplin siswa mengikuti kegiatan
belajar mengajar, maka prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama
Islamnya akan cenderung semakin naik atau tinggi pula.
5.
Nurul Mutholiah (2010), Skripsi:
Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima dan Hubungannya dengan Pretasi Belajar Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung OKU TIMUR.
Kesimpulan penelitian tersebut adalah prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam memiliki korelasi yang signifikan dengan penerapan prinsip pelayanan
prima oleh guru.
Penelitian ini mengkaji tentang pelayanan prima yang dihubungkan dengan
prestasi belajar. Padahal ada hal yang lebih penting sebelum sampai pembahasan
prestasi belajar, yaitu peran serta aktif siswa dalam belajar. Keberhasilan
pendidikan tidak terletak pada hasil ujian yang tinggi, tetapi terletak pada
proses pembelajarannya.
6.
Ernawati (2011), Skripsi: Perpaduan Kurikulum
Kementerian Agama dengan Kurikulum Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Sukaraja OKU TIMUR. Kesimpulan penelitian tersebut adalah bahwa materi-materi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada di Madrasah Tsanawiyah
Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR merupakan perpaduan antara kurikulum kementerian
agama dengan kurikulum pesantren yang dalam pelaksanaanya kurikulum pesantren
mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan oleh kementerian agama dan mengikuti
urutan-urutan pembahasannya. Meskipun demikian, dalam penyampaian materinya diperdalam
lagi dengan buku-buku pesantren dan sumber-sumber lain yang menunjang
disesuaikan dengan masing-masing materi, sedangkan metode yang
dikembangkan di MTs Nurul Huda Sukaraja tidak terlepas dari petunjuk strategis
yang ada pada kurikulum kementerian agama tersebut, kemudian didukung juga oleh
metode-metode dari pesantren seperti hapalan, pemberian contoh dan pembiasaan.
7.
Mukhamad Fathoni (2011), Penelitian:
Eksistensi Shalat Lima Waktu dalam Realita Kehidupan Sehari-Hari Siswa MTs
Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh positif pelaksanaan shalat lima
waktu dalam kehidupan sehari-hari siswa MTs Nurul Huda Sukaraja. Pengaruh
tersebut antara lain : mencegah kebiasaan buruk
(50%), melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam shalat lima waktu
(37,93%), memohon
pertolongan hanya
kepada Allah
(87,93%), mematuhi peraturan (50%), menghormati guru (74,14%), rendah hati
terhadap guru, mentaati peraturan madrasah (87,93%), dan menyesali kesalahan
(12,07%).
8.
Mukhamad Fathoni (2012), PTK:
Penggunaan Metode Tutor Sebaya Lima-Lima untuk Meningkatkan Hasil Belajs
Kompetensi Dasar Layanan Informasi Internet Siswa Kelas IX-1 MTs Nurul Huda
Sukaraja. Kesimpulan penelitian tersebut adalah siswa kelas IX-1 MTs Nurul
Huda Sukaraja merasa senang diajar menggunakan metode tutor sebaya lima-lima,
sehingga belajar kompetensi dasar layanan informasi internet meningkat.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masih
terdapat ruang yang jelas terhadap rencana penelitian dengan judul Pengaruh
Pelayanan Prima Guru terhadap Partisipasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah
Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR, karena tidak dijumpai dari beberapa hasil
penelitian di atas, baik secara substansi maupun lokasi.
Kerangka Teori
Teori belajar konstruktivis lebih menekankan
pada proses belajarnya daripada hasil belajar. Menurut pandangan
konstruktivistik, dalam proses pembelajaran siswa harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal
yang sedang dipelajari. Siswa yang terlibat secara langsung dan aktif dalam
proses membina pengetahuannya akan mengingat semua konsep secara lebih lama. Peran guru dalam pandangan ini adalah menjadi
fasilitator dan motivator untuk menumbuhkan
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar.
Setiap
guru pasti setuju
akan arti penting
motivasi yang besar
untuk belajar. Siswa, kecuali yang memang secara alami sudah senang belajar, perlu diberi rangsangan secara teknis dan cara pengajaran yang tepat agar senang belajar. Hanya dengan cara
yang demikian dapat menghilangkan masalah dalam belajar seperti kegelisahan dalam belajar, yang merupakan masalah umum setiap proses belajar
mengajar.
Oleh karena itu,
secara terus-menerus dan bertahap guru harus selalu berusaha mencari jalan dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajarnya. Dalam berinteraksi antara siswa dengan guru, diharapkan guru dapat menjalankan
peranannya sebagai fasilitator dan motivator. Dalam
berinteraksi antara siswa dengan guru biasanya banyak timbul masalah atau kurang terarah, hal ini
dikarenakan guru kurang tepat dalam menjalankan perannya. Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang
sistematis diarahkan terhadap perubahan
tingkah laku siswa yang tercermin dalam pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang berlangsung di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Proses belajar mengajar akan lebih efektif
dan bermakna apabila siswa berpartisipasi aktif. Salah satu ciri kebermaknaan dalam proses belajar mengajar
adalah keberadaan
keterlibatan atau partisipasi
siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu siswa harus
berperan serta, ikut serta, terlibat, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan
melakukan tindakan. Peran aktif atau partisipasi siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar yang masih kurang menunjukan bahwa proses belajar
mengajar yang berlangsung di kelas walaupun sebenarnya telah melibatkan siswa,
misalnya siswa mendengar guru menerangkan, membaca dan mencatat pelajaran yang
diberikan, tetapi sebagian besar siswa akan terlibat jarang mengajukan pertanyaan
atau mengutarakan pendapatnya walaupun guru telah berulang kali meminta agar
siswa bertanya jika ada hal-hal yang kurang jelas, banyak siswa akan terlihat
malas, tidak percaya diri mengerjakan soal-soal latihan dan baru akan
mengerjakan setelah soal selesai dikerjakan oleh guru atau siswa lain yang
berperan aktif. Materi pelajaran tidak akan segera dikuasai dengan mendengarkan
dan mencatat saja, masih perlu lagi partisipasi siswa dalam kegiatan lain
seperti bertanya, mengerjakan latihan, mengerjakan pekerjaan rumah, maju ke
depan kelas, mengadakan diskusi, mengeluarkan ide atau gagasan. Untuk mengantisipasi masalah tersebut agar
tidak berkelanjutan, maka guru harus terus berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada siswa, atau dengan
istilah pelayanan prima.
Pelayanan prima dalam dunia pendidikan sangat diperlukan
karena orang tua dan masyarakat selalu menginginkan agar anaknya mendapatkan
pendidikan yang terbaik dan mendapatkan pelayanan prima. Oleh karena itu, guru
haruslah responsif dalam menyikapi kemauan orang tua dan masyarakat tanpa
mengorbankan efisiensi dan efektivitas penyelenggaran proses belajar mengajar
di sekolah. Hal yang harus dilakukan oleh guru untuk melayani dengan prima
adalah kemauan merubah paradigma birokrasi yang lebih sibuk dengan urusan
internal, menjadi berorientasi pada pelanggan sekolah. Dari yang semula guru
lebih banyak melayani kebutuhan birokrasi yang lebih tinggi dan bahkan mungkin
guru sendiri minta dilayani masyarakat, maka diubah agar guru lebih responsif dalam
memberikan pelayanan yang bersifat memenuhi kebutuhan pelanggan atau masyarakat
yang memerlukan. Guru diharapkan memposisikan pelanggannya sebagai hal yang
paling depan. Oleh sebab itu, pelanggan dipakai sebagai sasaran pencapaian
tujuan. Guru selalu mendengar suara pelanggan, memperhatikan kebutuhan dasar
dan keinginan pelanggan, dan memperhatikan hal-hak pelanggan.
Salah
satu aspek peran guru adalah sebagai pelayan bagi para siswanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan siswa dalam belajar. Siswa dengan
segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya masih tetap membutuhkan kehadiran
guru untuk membimbing dan memfasilitasi kegiatan belajarnya. Kehadiran guru
dalam kegiatan pembelajaran tetap dibutuhkan. Kamaruddin Haji Husin sebagaimana
dikutip oleh Suparlan (2006, hlm. 38) memaparkan:
Tugas
pokok guru yang berperan sebagai pelayan sebagai berikut:
1.
Memberikan
layanan pembelajaran yang nyaman dan aman sesuai dengan perbedaan individual
siswa.
2.
Menyediakan
fasilitas pembelajaran dari sekolah, seperti ruang belajar, meja-kursi, papan
tulis, almari, alat peraga, dan papan pengumuman.
3.
Memberikan
layanan sumber belajar.
Peran
sebagai pelayan menuntut guru untuk selalu membangun budaya kerja yang
difokuskan pada peningkatan pelayanan yang bermutu tinggi kepada siswa.
Pelayanan yang dimaksud adalah melayani dengan sepenuh hati mulai dari
memperhatikan, mengamati, mendengarkan, dan memfasilitasi siswa untuk belajar.
Hal ini merupakan suatu keharusan bagi guru, karena semua bidang dituntut untuk
memberikan pelayanan prima. Demikian pula guru harus memberikan pelayanan prima
kepada siswa. Terlebih lagi pelayanan di bidang pendidikan merupakan termasuk
pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan
publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada publik.
Dari
waktu ke waktu, para guru selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilakukan dalam rangka mencapai pembelajaran yang ideal.
Sejalan dengan itu, tentu saja kebutuhan dan keinginan para siswa terus berubah
semakin meningkat, sehingga strategi dalam melayani belajar siswa harus terus
dikembangkan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Program pelayanan prima kepada
siswa dengan berdasar dari konsep kepedulian kepada siswa harus terus
dikembangkan sedemikian rupa, sehingga program pelayanan prima akan menjadi
salah satu program unggulan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pelayanan prima
bertujuan memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat yang
dalam konteks pendidikan pelanggan atau masyarakat ini adalah siswa, orang tua,
dan masyarakat sekitar. Guru harus memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa. Apabila guru memberikan pelayanan yang sama kepada
siswa yang berbeda, maka tingkat kepuasan yang dirasakan masing-masing siswa
akan berbeda. Dalam hal ini tentu saja pernyataan siswa akan sangat beragam,
tergantung pada citarasa siswa yang bersangkutan.
Sebagai
pihak yang melayani, guru tidak akan mengetahui apakah siswa yang dilayani puas
atau tidak karena yang dapat merasakan kepuasan dari suatu layanan hanyalah
siswa yang bersangkutan. Tingkat kepuasan yang diperoleh siswa biasanya sangat
berkaitan erat dengan standar kualitas pembelajaran yang mereka nikmati serta
layanan lain yang berupa layanan pra pembelajaran, saat pembelajaran, dan purna
pembelajaran, sebagaimana pendapat Sutrisno (2007, hlm. 41), ”Setiap pelayanan
yang kita berikan kepada pelanggan berdasarkan informasi yang diterima
(dikumpulkan pada fase sebelumnya) tentu membutuhkan tanggapan, respon, atau
umpan balik. Tujuan hal tersebut adalah untuk membuktikan kebenaran
hasil penelitian dan meningkatkan lagi pelayanan”.
Pelayanan pelanggan sekolah harus menjadi budaya bagi
guru yang dilakukan secara sadar dan terencana melalui pemberian pelayanan
kepada pelanggan agar pelanggan mencapai kepuasan secara optimal. Untuk dapat
menjalankan fungsi yang memuaskan pelanggan, tidak lepas dari kreativitas
gurunya. Guru harus kreatif mengidentifikasi masalah-masalah yang sedang maupun
yang akan dihadapi dalam praktik pemberian pelayanan sehari-hari. Hal ini
sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan upaya
mengantisipasi masalah yang mungkin akan dihadapi pada masa yang akan datang.
Untuk mewujudkan dan mempertahankan kepuasan pelanggan
sekolah, dapat dilakukan empat hal sebagaimana pendapat Ramalia (2001), yaitu:
mengidentifikasi kembali siapa pelanggan sekolah tersebut, memahami tingkat
harapan pelanggan sekolah terhadap kualitas kualitas pelayanan, memahami
strategi kualitas layanan pelanggan yang terwujud dalam standar pelayanan
prima, memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari kepuasan pelanggan.
Agar pelayanan guru dapat memuaskan pelanggan, maka
sejumlah perilaku pelayanan haruslah diinternalisasikan dan bahkan ditunjukkan
oleh guru dalam memberikan layanan belajar kepada siswa. Perilaku pelayanan
tersebut harus memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan prima, yaitu: kesederhanaan,
kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan
sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan, keramahan, dan
kenyamanan (Kepmenpan No. 63 Tahun 2003).
Prinsip-prinsip di atas sangat diperlukan dan harus
diterapkan oleh setiap guru agar mengetahui cara memberikan pelayanan yang
terbaik kepada para siswanya. Kesuksesan dalam memperkenalkan
inisiatif pelayanan dengan menerapkan prinsip-prinsip pelayanan tersebut memerlukan
komitmen dari semua komponen yang memberikan pelayanan di sekolah kepada siswa
dan masyarakat. Harus disadari oleh guru bahwa pembelajaran yang berkualitas
dapat tercapai karena guru memberikan pelayanan dengan baik, sehingga siswa
merasakan bahwa gurunya adalah orang yang bisa mendampinginya dalam memahami
ilmu pengetahuan yang beraneka ragam. Guru dan siswa saling membutuhkan, guru
memerlukan siswa dan siswa memerlukan guru.
Pelayanan prima harus diterapkan
agar lalu lintas pembelajaran bisa berjalan dengan lancar, teratur, dan
terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada stagnasi pembelajaran,
pembelajaran yang tidak lancar, serta kemungkinan-kemungkinan lainnya, seperti
fasilitas belajar, ketidaksesuaian penerapan metode, ketidakpahaman terhadap
materi, keterasingan seorang siswa dalam suatu kelas, dan lain-lainnya, maka
seorang guru harus mengerti, memahami, dan menghayati berbagai prinsip
pelayanan prima sekaligus mengaplikasikannya pada waktu melaksanakan tugas
mengajarnya.
Pelayanan prima akan
bermanfaat sebagai acuan atau pedoman bagi guru, siswa, dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan dengan pendidikan. Dengan berpedoman pada prinsip pelayanan prima
tersebut diharapkan pelayanan-pelayanan yang diberikan dalam dunia pendidikan
akan mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana pendapat Sutopo (2003,
hlm. 16),
Pelayanan prima akan
bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada
masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan untuk pengembangan penyusunan
standar pelayanan. Baik pelayan, pelanggan atau stakeholder dalam kegiatan
pelayanan, akan memiliki acuan mengenai mengapa, kapan, dengan siapa, dimana
dan bagaimana pelayanan mesti dilakukan.
Hal penting yang harus
dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan, khususnya guru
bahwa keberhasilan pendidikan terletak pada proses belajar mengajarnya bukan
sekedar pencapaian nilai ujian nasional tertinggi. Segala aktivitas kegiatan
belajar mengajar seharusnya bermuara pada interaksi siswa dengan gurunya
berjalan harmonis. Oleh karena itu guru harus bersedia melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, dan menantang. Rencana pembelajaran tersebut mencakup kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Persoalannya adalah tidak
semua guru menyadari dan menghayati bahwa proses belajar mengajar sebagai
proses yang sangat penting bagi siswa. Sikap guru yang mengabaikan hal ini akan
membuat siswa tidak bergairah mengikuti proses pembelajaran dan dapat juga
merusak citra sekolah karena muncul istilah guru tidak profesional.
Mulyasa (2009, hlm. 105)
menyebutkan,
Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta
didik dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran
dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat
secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di
samping menunjukkan gairah belajar yang tinggi, napsu belajar yang besar, dan
tumbuhnya rasa percaya diri.
Keberhasilan peserta didik
bukan hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi juga dilihat dari segi
prosesnya. Keterlibatan siswa secara fisik dan mental dalam proses pembelajaran
menjadi salah satu indikator keberhasilan pencapaian kompetensi siswa. Karena
pembelajaran yang dilaksanakan harus mencakup tiga aspek, yaitu aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Trianto (2007) mengatakan
bahwa guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara
ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan
aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya.
Proses pembelajaran memerlukan
peran aktif dari para siswa sebagai subyek
belajar, dengan demikian proses pembelajaran akan berlangsung efektif
dan bermakna. Partisipasi belajar siswa memerlukan unsur keterlibatan dan
kemauan merespon dari siswa. Siswa harus terlibat dalam semua kegiatan yang
dilaksanakan pada saat proses pembelajaran. Setelah itu, siswa harus mempunyai
kemauan untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan pada saat
proses pembelajaran. Partisipasi belajar siswa sangat dibutuhkan untuk menciptakan
proses pembelajaran yang menyenangkan. Tidak akan ada proses pembelajaran yang
menyenangkan jika tidak ada partisipasi dan keaktifan dari siswa yang belajar.
B. Uno (2007) mengatakan
bahwa berdasarkan prinsip student centered peserta didik merupakan pusat
dari kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah cara belajar siswa aktif,
terjemahan dari student active training, yang maknanya adalah bahwa
proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif
melakukan latihan langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah
ditetapkan.
Partisipasi belajar siswa
dalam pembelajaran harus dirangsung agar aktivitas dan kemampuan siswa dalam
menyampaikan gagasan atau pendapat dalam proses pembelajaran semakin bermakna.
Guru harus bersifat partisipatoris agar mampu membawa siswa dalam situasi
belajar yang kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
Abimanyu (dalam Sukidin
2002, hlm. 153) menyebutkan bahwa ada tiga faktor penyebab rendahnya partisipasi
siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu: (1) siswa kurang memiliki kemampuan
untuk merumuskan gagasan sendiri; (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk
menyampaikan pendapat kepada orang lain; (3) siswa belum terbiasa bersaing
menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.
Ketiga faktor penyebab
tersebut terjadi karena guru masih menggunakan pendekatan yang menekankan pada
aspek pengetahuan saja, belum menyentuh pada aspek sikap dan keterampilan. Di
samping itu, guru kurang atau bahkan tidak melibatkan siswa dalam proses
pembelajarannya.
Berangkat dari konsep bahwa siswa harus
berperan aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru harus berperan
sebagai fasilitator dan motivator, maka dilakukanlah penelitian tentang
hubungan pelayanan prima guru dengan partisipasi belajar siswa. Berdasarkan
teori belajar konstruktivis maka disusun kerangka berpikir sebagai berikut:
Hasil belajar diperoleh
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar berupa seperangkat pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupannya baik
untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut dalam pembelajarannya harus menarik sehingga
siswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif. Diperlukan peran guru yang interaktif dimana guru lebih banyak
memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses
dari pada hasil.
Guru harus merancang
proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan
komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai
hasil belajar. Agar hasil belajar meningkat diperlukan situasi, cara dan
strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik
pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses pembelajaran. Siswa akan lebih mudah
mengingat suatu materi apabila terlibat langsung dan berpartisipasi dalam
proses pembelajarannya.
Penerapan
prinsip-prinsip pelayanan prima dalam proses belajar mengajar akan memberikan
situasi belajar yang lebih leluasa bagi siswa untuk berpartisipasi, berkreasi dan berkreativitas, lebih percaya
diri dan menimbulkan keberanian pada siswa karena transfer pengetahuan didapat
dari usahanya sendiri untuk
berpartisipasi aktif. Situasi seperti
itu akan dapat menciptakan proses belajar mengajar yang lebih
baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima guru akan meningkatkan partisipasi
aktif siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Skema kerangka teori dan
kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 1, Skema kerangka
teori dan kerangka berpikir
Definisi Operasional
Pelayanan Prima Guru
Pelayanan prima guru dalam
penelitian ini adalah kegiatan guru melaksanakan tugasnya di sekolah dengan
menerapkan prinsip-prinsip pelayanan prima, yaitu: kesederhanaan, kejelasan, kepastian
waktu, akurasi, keamanan, tanggung
jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan,
kesopanan, keramahan, dan kenyamanan.
Partisipasi Belajar Siswa
Partisipasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan
siswa mengikuti proses pembelajaran secara aktif di kelas, antara lain:
terlibat aktif, berani bertanya, berani mengungkapkan pendapat, berani menjawab
pertanyaan, dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Data tentang partisipasi
belajar siswa diperoleh dengan menggunakan angket yang disusun khusus untuk
tujuan penelitian ini.
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Berdasarkan tempat pelaksanaannya, penelitian ini
termasuk penelitian lapangan (field research). Menurut Hasan (2009, hlm.
5), ”Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan di lapangan
atau para responden”. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diambil
langsung dari lapangan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang
disusun secara khusus untuk tujuan penelitian ini. Kemudian data yang terkumpul
tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
statistik.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan evaluatif, yaitu penelitian untuk membantu pihak madrasah melakukan
evaluasi terhadap kinerja guru dan proses belajar mengajar yang selama ini
berlangsung di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data ordinal dan
data interval. Data ordinal merupakan data yang diperoleh dari skor jawaban
angket. Kemudian data tersebut diubah menjadi data interval, dengan cara
menjumlah skor jawaban item setiap responden. Pedoman skoring jawaban angket
sebagai berikut:
Tabel 1
Pedoman Skoring Jawaban
Angket
Variabel Pelayanan Prima
Guru dan Partisipasi Belajar Siswa
Pilihan Jawaban
|
Skor Jawaban
|
|
Positif
|
Negatif
|
|
Selalu
|
5
|
1
|
Sering
|
4
|
2
|
Kadang-kadang
|
3
|
3
|
Jarang
|
2
|
4
|
Tidak pernah
|
1
|
5
|
(Putro Widoyoko 2012, hlm.
126)
Sumber Data
1.
Sumber data primer, sumber
data primer dalam penelitian ini adalah siswa MTs Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.
Data yang diperoleh dari siswa adalah data tentang pelayanan prima guru dan
partisipasi belajar siswa.
2.
Sumber data sekunder,
sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah K. H. Affandi selaku pendiri
MTs Nurul Huda Sukaraja untuk memperoleh data tentang sejarah berdiri madrasah,
Bpk. Sugiyanto, S.Ag. selaku kepala madrasah untuk memperoleh tentang data
perkembangan madrasah. Sumber data sekunder yang kedua adalah dokumentasi
madrasah meliputi: letak geografis, keadaan guru dan pegawai, keadaan siswa,
dan kurikulum.
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ada dua, yaitu pelayanan prima
guru sebagai variabel bebas (varibael
pengaruh atau lebih sering disebut sebagai variabel X) dan partisipasi belajar
siswa sebagai variabel terikat (variabel terpengaruh lebih sering disebut
sebagai variabel Y).
Variabel Bebas
(Variabel X)
|
Hubungan
|
Variabel Terikat
(Variabel Y)
|
Pelayanan prima
guru, dengan indikator: guru
menerapkan prinsip-prinsip pelayanan prima dalam pembelajaran di sekolah.
|
|
Partisipasi
belajar siswa, dengan indikator: siswa terlibat aktif, berani bertanya, berani mengungkapkan
pendapat, berani menjawab pertanyaan, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
|
Gambar 2, Variabel
penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa MTs Nurul
Huda Sukaraja OKU TIMUR yang berjumlah 463 siswa.
Tabel 2
Keadaan Siswa MTs Nurul
Huda Sukaraja OKU TIMUR
Tahun Pelajaran 2012/2013
No
|
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1.
|
VII-1
|
16
|
22
|
38
|
2.
|
VII-2
|
18
|
20
|
38
|
3.
|
VII-3
|
18
|
20
|
38
|
4.
|
VII-4
|
16
|
22
|
38
|
5.
|
VII-5
|
17
|
19
|
36
|
6.
|
VIII-1
|
12
|
21
|
33
|
7.
|
VIII-2
|
14
|
20
|
34
|
8.
|
VIII-3
|
16
|
18
|
34
|
9.
|
VIII-4
|
18
|
16
|
34
|
10.
|
VIII-5
|
14
|
20
|
34
|
11.
|
IX-1
|
16
|
18
|
34
|
12.
|
IX-2
|
20
|
18
|
38
|
13.
|
IX-3
|
18
|
16
|
34
|
Jumlah
|
213
|
250
|
463
|
Sumber: Laporan Bulanan
MTs Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR Bulan September 2012
Dari jumlah populasi tersebut
tidak akan diteliti secara keseluruhan karena tidak semua data dan informasi
akan diproses dan tidak semua siswa atau benda akan diteliti melainkan cukup menggunakan
sampel yang mewakilinya.
Dalam menentukan sampel tidak boleh dilakukan secara
serampangan, namun harus dapat mewakili seluruh populasi. Oleh karena itu dalam
menentukan sampel perlu teknik yang tepat. Teknik penentuan sampel yang
dipergunakan adalah teknik Random Sampling, yaitu "Cara pengambilan
sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata
(tingkatan) dalam anggota populasi tersebut." (Riduwan 2004,
hlm. 58)
Cara pengambilan sampel
secara undian seperti layaknya orang melaksanakan undian. Adapun
langkah-langkahnya:
a. Membuat daftar yang
berisi semua nama siswa,
b. Memberi kode berupa
angka-angka untuk semua siswa,
c. Menulis kode tersebut
masing-masing pada selembar kertas kecil,
d. Menggulung setiap
kertas kecil berkode tersebut,
e. Memasukkan
gulungan-gulungan tersebut dalam kaleng atau tempat sejenis,
f. Mengocok kaleng
tersebut, dan
g. Mengambil satu per satu
gulungan tersebut sejumlah kebutuhan.
Sampel untuk tujuan
penelitian ini ditetapkan 25% dari populasi, yaitu sebesar 25% x 463 = 115,75 (dibulatkan
menjadi 116 siswa).
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1.
Angket
Angket digunakan untuk memperoleh data tentang pelayanan
prima guru dan partisipasi belajar siswa. Angket yang dibuat adalah angket
tertutup dengan 5 pilihan jawaban (A=Selalu, B=Sering, C=Kadang-kadang, D=Jarang,
dan E=Tidak pernah), sehingga responden tinggal memilih pilihan jawaban yang
dianggapnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Angket disusun berdasarkan
landasan teori dan didahului dengan menyusun kisi-kisinya. Kemudian baru dibuat
item-item pertanyaan angketnya. Sebelum angket digunakan, maka terlebih dahulu
dilakukan uji coba dan dihitung validtias dan reliabilitasnya. Setelah angket dinyatakan valid dan reliabel,
kemudian disebarkan ke responden.
2.
Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang letak
geografis dan kondisi lingkungan madrasah. Lembar observasi disusun khusus
untuk tujuan penelitian ini.
3.
Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah
berdiri madrasah. Pedoman wawancara disusun secara khusus untuk tujuan
penelitian ini.
4.
Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang: Visi,
misi, dan tujuan madrasah, keadaan guru dan pegawai, keadaan siswa, kurikulum,
dan kegiatan ekstrakurikuler. Pedoman dokumentasi disusun khusus untuk tujuan
penelitian ini.
Uji Instrumen Pengumpulan Data
Uji instrumen pengumpulan data meliputi uji validitas
item dan uji reliabilitas angket. Uji validitas item angket menggunakan Teknik
Korelasi Poin Biserial (rpbi) dengan rumus:
(Sudijono 2010, hlm. 258)
Kriteria pengujiannya adalah apabila rpbi lebih besar
dari rtabel, maka butir soal dinyatakan valid, dan bila lebih kecil dinyatakan tidak
valid (Sudijono 2010, hlm. 262-263).
Uji reliabilitas angket menggunakan Teknik Test-retest,
yaitu mengujicobakan instrumen angket beberapa kali kepada responden yang sama
dalam waktu yang berbeda (Sugiyono 2011, hlm. 354). Adapun pengukuran reliabilitasnya
menggunakan rumus:
Pedoman interpretasinya sebagai berikut:
0,00-0,20 =
reliabilitas sangat rendah atau dianggap tidak ada
0,20-0,40 =
reliabilitas rendah
0,40-0,60 =
reliabilitas sedang atau cukup
0,60-0,80 =
reliabilitas tinggi
0,80-1,00 =
reliabilitas sangat tinggi
Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji
normalitas data. Untuk keperluan uji prasyarat ini dilakukan dengan menggunakan
uji Chi Kuadrat (X2), yaitu membandingkan distribusi data
yang diperoleh dari lapangan dengan distribusi data normal. Data normal
berdistribusi seperti gambar berikut:
Sumber: (Sugiyono 2011,
hlm. 78)
Gambar 2, Kurva Distribusi
Normal
Uji normalitas menggunakan uji X2 dengan
rumus:
(Sugiyono 2011, hlm. 82)
Kriteria pengujiannya adalah apabila harga Chi Kuadrat
Hitung lebih kecil dari pada harga Chi Kuadrat Tabel, maka distribusi
data dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal (Sugiyono
2011, hlm. 82).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik korelasional dengan
rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
r xy = N (∑XY) – (∑X) (∑Y)
{N ∑X2 – (∑X)2} {N ∑Y2
– (∑Y)2}
Keterangan :
rxy =
Angka indek korelasi Product Moment
N = Number
of cases
∑ XY = Jumlah
hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑ X = Jumlah
skor X
∑ Y = Jumlah
skor Y (Sudijono 2010, hlm. 206)
Setelah angka indeks korelasi
diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi dengan kriteria
menurut Sudijono (2010, hlm. 193) sebagai berikut:
a. 0,00 – 0,20 : Korelasi sangat rendah atau dianggap tidak
ada
b. 0,20 – 0,40 : Korelasi rendah atau lemah
c. 0,40 – 0,70 : Korelasi sedang atau cukup
d. 0,70 – 0,90 : Korelasi kuat atau tinggi
e. 0,90 – 1,00 : Korelasi sangat kuat atau sangat tinggi
Langkah berikutnya adalah menguji hipotesis. Hipotesis
yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan kesamaan atau
tidak ada hubungan. Pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji ”Z” dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Menentukan
formulasi hipotesis, yaitu hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis
alternatif (Ha).
2.
Menentukan
taraf nyata (α) dan Ztabel.
Taraf nyata yang digunakan adalah 5%. Ztabel (Z(½ - α/2))
= 1,96.
3.
Menentukan
kriteria pengujian, yaitu:
Ho
diterima (Ha ditolak) apabila – Zt ≤ Zo ≤ +Zt
Ho
ditolak (Ha diterima) apabila Zo > Zt atau
–Zo < - Zt
4.
Menentukan nilai uji statistik (Zo)
dengan rumus:
5.
Membuat
kesimpulan, yaitu Ho diterima atau ditolak. (Hasan 2009, hlm. 97-98)
Kontribusi variabel pelayanan prima guru
terhadap partisipasi belajar siswa dihitung menggunakan rumus koefisien penentu:
Koefisien Penentu (KP) = (KK)2 x 100%.
Keterangan: KK =
koefisien korelasi (r). (Hasan 2009, hlm. 63)
Setelah semua data diolah
dan dihitung, langkah berikutnya adalah melakukan pembahasan terhadap hasil
penelitian sesuai dengan item rumusan masalah. Hasil penelitian dikaji kembali
berdasarkan teori-teori yang telah ada supaya menghasilkan pembahasan yang lebih
mendalam dan dapat dipahami oleh para penggunanya.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis nihil (Ho) penelitian ini adalah:
Tidak terdapat pengaruh yang
siginifikan antara pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa di Madrasah
Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. (Ho: r = 0)
Hipotesis alternatif (Ha) penelitian ini
adalah:
Terdapat pengaruh yang
signifikan antara pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa di Madrasah
Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. (Ha: r ≠ 0)
Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan rencana pembahasan dalam tesis ini akan
mengikuti sistematika sebagai berikut:
Bab 1, Pendahuluan
meliputi: Latar belakang masalah, Rumusan dan batasan masalah, Tujuan dan
kegunaan penelitian, Tinjauan pustaka, Kerangka teori, Definisi operasional, Metodologi
Penelitian (Jenis penelitian, Pendekatan penelitian, Jenis data, Sumber data,
Variabel penelitian, Populasi dan sampel, Teknik pengumpulan data, Uji
instrumen pengumpulan data, Uji persyaratan analisis, Teknik analisis data, Hipotesis
penelitian), dan Sistematika Penulisan.
Bab 2, Landasan Teori
meliputi: Pelayanan prima guru (Pengertian pelayanan prima, Tujuan pelayanan
prima, Manfaat pelayanan prima, Prosedur pelayanan prima, Prinsip-prinsip
pelayanan prima, Standar pelayanan prima, Indikator pelayanan prima, Evaluasi
pelayanan prima, Peran guru, Hak dan kewajiban guru), Partisipasi belajar
siswa (Pengertian partisipasi belajar, Unsur-unsur partisipasi belajar, Perlunya
partisipasi belajar, Upaya peningkatan partisipasi belajar), dan Penerapan
pelayanan prima dalam pembelajaran.
Bab 3, Profil Madrasah
Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR meliputi: Sejarah berdiri madrasah, Visi
misi dan tujuan madrasah, Letak geografis madrasah, Keadaan guru dan pegawai, Keadaan
siswa, Kurikulum madrasah, dan Sarana prasarana madrasah.
Bab 4, Pengaruh Pelayanan
Prima Guru terhadap Partisipasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Sukaraja OKU TIMUR, meliputi: Uji Persyaratan Analisis, Hasil penelitian, dan Pembahasan
Hasil Penelitian (Pelayanan prima guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Sukaraja OKU TIMUR, Partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Sukaraja OKU TIMUR, Pengaruh pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar
siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR).
Bab 5, Simpulan dan Saran
meliputi: Simpulan, Implikasi, Saran-Saran, dan Rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA
B. Uno, Hamzah. 2007. Model
Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Bumi Aksara, Jakarta.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka, Jakarta.
E. Mulyasa. 2009. Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Hasan, Iqbal. 2009. Analisis
Data Penelitian dengan Statistik. Bumi Aksara, Jakarta.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
(MENPAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tahun 2003 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Putro Widoyoko, S. Eko. 2012. Teknik Penyusunan
Instrumen Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ramalia, M. 2001. Etika
Pelayanan Masyarakat (Pelanggan): Upaya Membangun Citra Birokrasi Modern.
Lembaga Administrasi Negara (LAN), Jakarta.
Riduwan. 2004. Belajar
Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Alfabeta, Bandung.
Sardiman AM.
2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sugiyono. 2011. Statistika
untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia, Surabaya.
Suparlan. 2006. Guru
Sebagai Profesi. Hikayat Publishing, Yogyakarta.
Sutopo, Adi
Suryanto. 2003. Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara (LAN), Jakarta.
Sutrisno. 2007. Administrasi dan Manajemen. PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Trianto. 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Prestasi Pustaka
Publisher, Jakarta.
No comments:
Post a Comment