PEMIKIRAN PENDIDIKAN KH. IMAM ZARKASYI
A. Pendahuluan
Ilmu pendidikan Islam terkesan terlambat
pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan ilmu-ilmu di bidang lain.
Hal ini perlu segera diatasi dengan cara menumbuhkembangkan kajian di bidang
ilmu pendidikan Islam seperti Imam Zarkasyi yang dianggap sebagai tokoh
pembaharu pendidikan Islam di Indonesia. Pemikiran dan perjuangan Imam Zarkasyi
dalam mengembangkan pendidikan Islam sampai sekarang banyak diikuti oleh
lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren. Banyak tumbuh dan
berkembang pesantren-pesantren yang bercorak modern dengan menggabungkan materi
pelajaran agama dan umum. Pada era globalisasi tidak hanya dibutuhkan generasi
yang mahir dalam ilmu agama tetapi juga mahir dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Kecermalangan pemikiran Imam Zarkasyi tampak dari
pemikirannya bahwa dunia pesantren memerlukan jiwa pesantren yang mampu
menggerakan semua aspek yang ada dalam pesantren. Materi pelajaran bukanlah
aspek utama dalam sebuah pendidikan pesantren, materi pelajaran hanyalah sebuah
alat, sebagaimana ditulis oleh Nata (2001: 200), ”Imam Zarkasyi memiliki
pandangan bahwa hal yang paling penting dalam pesantren bukanlah pelajarannya
semata-mata, melainkan juga jiwanya. Jiwa itulah yang akan memelihara
kelangsungan hidup pesantren dan menentukan filsafat hidup para santrinya.”
Konsep jiwa Imam Zarkasyi dirumuskan dengan jelas dan
operasional, sehigga bisa diaplikasikan dalam kehidupan pesantren dan lembaga
pendidikan Islam lainnya. Rumusan jiwa tersebut disebut dengan istilah Panca
Jiwa, yaitu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah diniyyah, dan jiwa
bebas (Susanto, 2010:138). Konsep panca jiwa tersebutlah yang menggerakan
pesantren yang dipimpinnya mampu berkiprah baik di tingkat nasional maupun
internasional. Jiwa inilah yang ditanamkan kepada
para santri sebagai bekal pokok dalam kehidupannya baik selama menuntut ilmu di
pesantren maupun ketika telah berada di tengah masyarakat. Jiwa tersebutllah yang harus senantiasa dihidupkan, dipelihara, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
B. Pembahasan
1. Profil KH. Imam Zarkasyi
Nata (2001:195), Imam Zarkasyi
lahir di Gontor, Jawa Timur pada tanggal 21 Maret 1910 M dan meninggal dunia
pada tanggal 30 Maret 1985.
Mula-mula Imam Zarkasyi menimba
ilmu di beberapa pesantren yang ada di daerah kelahirannya dan daerah
sekitarnya. Banyak ilmu yang dipelajarinya seperti bahasa Arab, politik, dan
sastra. (Nasution, 1988:407)
Ketika tamat belajar di
Kweekschool Padang Panjang, beliau diminta menjadi direktur perguruan tersebut,
tetapi hanya setahun ia memenuhi permintaan dan kepercayaan tersebut. Hal ini
karena menurut pertimbangannya jabatan bukanlah tujuan utama setelah menuntut
ilmu. Setelah menyerahkan jabatan tersebut, ia kembali ke Gontor, karena ia
melihat bahwa Gontor lebih memerlukan kehadirannya. Di Gontor, Imam Zarkasyi
dan dua saudaranya memperkenalkan program pendidikan baru yang diberi nama Kulliyatul
Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) dan ia sendiri bertindak sebagai direkturnya.
Sebelum Indonesia merdeka, ia menduduki beberapa jabatan penting. Demikian pula
setelah Indonesia merdeka, di tengah kesibukannya sebagai pendidik, ia juga
menduduki jabatan-jabatan penting lainnya. Tenaga dan pikirannya banyak
dibutuhkan di Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Imam
Zarkasyi juga ikut andil dalam percaturan internasional. Selain itu, Imam
Zarkasyi juga aktif menulis, sehingga karyanya dapat dinikmati sampai saat ini
(Nata, 2001:196-198). Kehadiran Imam Zarkasyi sebagai pembaharu pendidikan
pesantren telah meletakkan pondasi bagi pesantren modern. Pesantren yang semula
dikenal sebagai lembaga pendidikan tradisional jauh dari kemodernan, menjadi
pesantren modern yang menghasilkan kader-kader pembangun bangsa yang berperan
di Indonesia bahkan internasional.
2. Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
Susanto (2010:141-142), ”Secara garis besar, pemikiran
KH. Imam Zarkasyi meliputi empat hal
pokok, yaitu sistem dan metode pendidikan, materi dan kurikulum pendidikan,
struktur dan manajemen, dan pola pikir dan kebebasan.” Keempat pemikiran KH.
Imam Zarkasyi inilah yang kemudian banyak diadopsi oleh pesantren-pesantren di
Indonesia. Hal ini dilakukan karena sistem seperti inilah yang dipandang layak
dan mampu menjawab tantangan dan kebutuhan zaman. Di era sekarang ini sangat
dibutukan manusia-manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mempuni
dengan didasari oleh iman takwa kepada Allah Yang Maha Esa.
a. Sistem dan metode pendidikan
Sistem pendidikan yang diterapkan di Gontor adalah sistem
pendidikan klasikal dan sistem pendidikan berasrama (boarding institution).
kitab-kitab kuning dikemas sedemikian rupa ke dalam buku-buku teks pelajaran
yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan para santrinya (Susanto, 2010:142).
Sistem pendidikan klasikal dikembangkan secara terpimpin dan terorganisir
dalam bentuk penjenjangan kelas dalam jangka waktu yang ditetapkan. Sistem klasikal ini merupakan bentuk pembaharuan karena berbeda dengan sistem pesantren model
lama. Pengajaran dengan sistem ini menjadi lebih efisien, karena dengan biaya dan waktu yang relatif sedikit dapat
menghasilkan produk yang besar dan bermutu. Perbaikan terhadap sistem pengajaran menghendaki sejumlah perombakan
sistem pengajaran yang dianut oleh pesantren tradisional.
Metode lebih penting dibanding materi, tetapi pribadi
guru jauh lebih penting dari metode itu sendiri. Beberapa metode dan kaidah
pengajaran dalam proses belajar mengajar di kelas antara lain pelajaran harus
dimulai dari yang mudah dan sederhana, tidak tergesa-gesa pindah ke pelajaran
yang lain sebelum siswa memahami betul pelajaran yang telah diberikan, proses
pengajaran harus teratur dan sistematik, latihan-latihan diperbanyak setelah
pelajaran selesai, dan lain-lain yang kesemua kaidah tersebut bisa dipraktikkan
oleh setiap guru dengan persyaratan guru harus memiliki dan menguasai metode
dalam mengajar (Susanto, 2010:143).
Pembaharuan yang dilakukan Imam Zarkasyi
hanya menyangkut metodologi pengajaran di kelas-kelas, sedangkan esensi
pelajaran agama yang menjadi inti kitab kuning pada pesantren tradisional tetap
ada dan dikemas sedemikian rupa dalam buku-buku yang lebih praktis dan
sistematis serta disesuaikan dengan jenjang pendidikan para santri. Santri
tetap
diberi kesempatan untuk membongkar dan memahami kumpulan kitab-kitab kuning
dalam jumlah besar dari berbagai disiplin ilmu agama. Dengan bekal bahasa Arab
yang dimiliki, santri diharapkan sudah dapat membaca dan memahami kitab-kitab
tebal tersebut dengan sendirinya, tanpa harus dibantu dan diterjemahkan oleh kyai sebagaimana yang
dilakukan pada metode sorogan atau wetonan yang dilakukan pesantren
tradisional.
b. Materi dan kurikulum pendidikan
Kurikulum yang diterapkan Imam Zarkasyi adalah 100% umum
dan 100% agama (Yunus, 1979:251). Kurikulum pada pesantren tradisional lebih
memfokuskan pada materi agama yang tertera dalam kitab-kitab klasik (kuning).
Imam Zarkasyi tetap mempertahankan materi-materi agama tersebut, selain itu
juga menambahkan materi pengetahuan umum ke dalam kurikulum lembaga pendidikan
yang diasuhnya.
Materi dan kurikulum Pondok Modern Gontor pada dasarya
adalah totalitas dari kehidupan pondok itu sendiri, yang tidak bisa
dipisah-pisahkan satu dengan lainnya. Tidak ada perbedaan antara pengetahuan
agama dan pengetahuan umum. Semua siswa mendapat dua pengetahuan tersebut
sekaligus sesuai dengan tingkatan kelas mereka masing-masing. Materi dan
kurikulum yang dikembangkan dibagi menjadi dua bagian, yaitu materi kurikulum
yang bersifat intrakurikuler (akademik), dan yang bersifat ekstrakurikuler
(nonakademik). Kurikulum intrakurikuler dilakukan oleh Kulliyat
Al-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI), sedangkan kurikulum ekstrakurikuler
ditangani oleh Organisasi Pelajar Pondok Pesantren (OPPM) dan Gerakan Pramuka
(Susanto, 2010:143).
Materi agama dan umum tersebut menjadi
kurikulum wajib yang harus dikuasai oleh para santri. Selain itu ada kompetensi
yang sangat ditekankan dan harus menjadi karakteristik lembaga pendidikan,
yaitu kompetensi bahasa Arab dan bahasa Inggris. Kemampuan dalam penguasaan
bahasa Arab dan bahasa Inggris serta berbagai pengetahuan tersebut tetap
harus didasarkan pada asas dan konsep Panca Jiwa untuk mendukung
tercapai moralitas dan kepribadian mulia.
c. Struktur dan manajemen
Demi kepentingan pendidikan dan pengajaran Islam, Imam
Zarkasyi mewakafkan Pondok Modern Gontor kepada lembaga yang disebut Badan Wakaf Pondok
Modern Gontor, sehingga tidak menjadi milik pribadi atau perorangan sebagaimana
yang umumnya dijumpai dalam lembaga pendidikan pesantren tradisional.
Selanjutnya lembaga ini menjadi badan tertinggi yang bertanggung jawab untuk
mengangkat kyai untuk masa jabatan lima tahun. Dengan demikian kyai bertindak
menjadi mandataris dan bertanggungjawab kepada Badan Wakaf (Nata, 2001:208).
Dengan struktur yang demikian, maka kyai dan keluarga
tidak mempunyai hak material apapun terhadap pesantren. Pesantren menjadi
lembaga publik yang terbuka dan obyektif.
d. Pola pikir dan kebebasan
Pola pikir dan kebebasan, ini terutama menyangkut diri
santri. Setiap santri diberi arahan melalui pembiasaan, keteladanan, dan
pengkondisian lingkungan. Dengan konsep ini diharapkan santri memiliki jiwa
berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari, santri bebas untuk menentukan masa
depannya, memiliki jiwa keikhlasan dan jiwa kesederhanaan dalam hidup (Susanto,
2010:146).
Jiwa berdikari dan bebas ditanamkan kepada santri. Hal
ini berarti bahwa santri harus belajar dan berlatih mengurus kepentingannya
sendiri serta bebas menentukan hidupnya di masyarakat. Selain itu, pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan juga harus tetap independen dan tidak
tergantung kepada pihak lain.
3. Aplikasi Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
a. Keunggulan Sistem Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
Sistem pendidikan yang digagas
oleh KH. Imam Zarkasyi terbukti memiliki banyak keunggulan dibanding dengan
sistem pendidikan lainnya. Keunggulan tersebut terlihat dari kemodernan sistem
yang diterapkan, kemodernan bukan ditonjolkan dari segi fasilitas, modern yang
dimaksud adalah modern dalam hal sistem, konsep, dan metodenya. Keunggulan
tersebut antara lain:
1) Pengelompokkan siswa dengan kelas sesuai potensi yang
dimiliki siswa. Pengelompokkan ini akan mempermudah guru dalam memberikan
materi pelajaran.
2) Penguasaan dasar-dasar bahasa (Arab dan Inggris).
Dasar-dasar bahasa sangat diutamakan dengan mempraktikkannya, karena satu kata
yang digunakan berkali-kali lebih baik daripada banyak kata tetapi tidak pernah
digunakan. Kemampuan bahasa tersebut akan sangat mendukung bagi pengembangan
keilmuan di masa yang akan datang.
3) Asrama diisi dengan kapasitas besar. Jumlah santri yang
menghuni satu kamar sangat banyak, hal ini sangat menguntungkan karena dengan
demikian santri akan lebih banyak bersosialisasi dan dapat melakukan belajar
bersama dengan sistem tutor sebaya.
4) Tidak banyak mempelajari kitab kuning. Mempelajari kitab
klasik (kitab kuning) bukanlah hal yang mudah, karena bahasa yang digunakan
adalah Bahasa Arab, tetapi dengan kemampuan bahasa yang baik, kitab kuning juga
akan mampu dikuasai dengan sendirinya.
5) Kurikulum 100% umum dan 100% agama. Istilah ini
mengisyaratkan bahwa kurikulum yang diberikan berimbang antara kurikulum umum
dan kurikulum agama, artinya semua keilmuan dipelajari dengan porsi yang sama.
Tidak ada dikotomi keilmuan, semua ilmu penting dipelajari sebagai bekal para
santri untuk mengarungi kehidupannya nanti. Kurikulum yang dikembangkan dari
awal berdiri tidak berubah, karena permasalahan pendidikan bukan terletak pada
kurikulumnya, tetapi terletak pada sumber daya manusia pelaksananya. Berapa
kalipun sering kurikulum diubah, tetapi bila tidak diikuti dengan peningkatan
sumber daya manusianya maka perubahan kurikulum tersebut tidak akan mencapai
hasil dengan perubahan yang signifikan.
6) Sumbangan pemikiran terbesar bagi perkembangan pendidikan
Islam di Indonesia, meliputi:
a)
Melengkapi kebutuhan sumber daya manusia yang
harus segera dipenuhi,
b) Penyeimbangan
paradigma dan prestasi generasi Indonesia dengan negara-negara maju dalam konsep
pengetahuan agama dan umum,
c)
Melengkapi intelektulisme calon generasi muslim
intra maupun ekstra,
d)
Menjadikan santri yang lebih sayang dan cinta
dengan ilmu pengetahuan dan pesantren,
e) Mewujudkan generasi
yang terampil, cakap, intelektual dan bermasyarakat,
f) Membentuk generasi muslim yang siap di era modern dan
globalisasi.
b. Kiprah Lulusan Sistem Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
Lulusan sistem pendidikan KH.
Imam Zarkasyi telah banyak berkiprah baik di panggung nasional maupun
internasional. Hal terbukti bahwa yang banyak mampu melanjutkan studi ke Timur
Tengah adalah lulusan-lulusan sistem pendidikan yang dikembangkan oleh KH. Imam
Zarkasyi. Walaupun tidak semua lulusannya mampu berkiprah, tetapi hal tersebut
dapat dimaklumi karena dalam sekelompok orang baik ada satu yang tidak baik,
dan dalam sekelompok orang yang tidak baik ada satu yang baik. Menanam padi
akan diikuti oleh rumput yang tumbuh di sekitarnya, dan tidak ada menanam
rumput akan tumbuh padi.
c. Kontribusi Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
Pemikiran pendidikan KH. Imam
Zarkasyi banyak diterapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia,
seperti pesantren modern, sekolah Islam terpadu, sekolah berbasis asrama, kelas
sistem klasikal, pembelajaran dimulai dari materi yang mudah ke materi yang
sulit. Inilah yang sekarang ini banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia. Bahkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang
sering terjadi di dunia pendidikan seperti kasus-kasus yang mencoreng muka
pendidikan Indonesia adalah dengan pendidikan pesantren. Pesantren tetap menjadi
lembaga pendidikan alternatif yang terbaik. Belum pernah terjadi tawuran santri
antar pesantren, atau santri pesantren yang tidak bisa mengikuti ujian karena
tidak punya biaya, tidak ada santri dari keluarga miskin yang ditolak masuk
pesantren.
Pemikiran pendidikan KH. Imam
Zarkasyi sangat mewarnai corak pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP), pengmbangan diri dan muatan lokal, pendidikan
pembentuk karakter bangsa (PPKB) yang diterapkan di Indonesia, semua itu telah
diterapkan oleh KH. Imam Zarkasyi sejak sebelum Indonesia merdeka.
d. Kaitan Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi dengan
Kemandirian Bangsa
Sistem pendidikan dan konsep
panca jiwa KH. Imam Zarkasyi melahirkan kemandirian baik secara kelembagaan
maupun individu para santrinya. Secara lembaga, lembaga pendidikan yang
dikembangkan KH. Imam Zarkasyi adalah lembaga yang mandiri dan tidak terikat dengan
salah satu golongan. Sejak dari awal, santri sudah diharuskan belahar hidup
mandiri mengurus semua keperluan hidupnya. Kemandirian tersebutlah yang menjadi
salah satu faktor lembaga pendidikan tersebut tetap eksis, tidak mengandalkan
uluran tangan apalagi dari pemerintah. Slogan yang tertanam dengan kokoh dalam
sistem pendidikan KH. Imam Zarkasyi adalah bahwa Gontor di atas dan untuk semua golongan.
e. Kaitan Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi dengan
Enterpreneurship (Kewirausahaan)
Konsep panca jiwa KH. Imam
Zarkasyi menjadi dasar bagi kelahiran para wirausahawan-wirausahawan muslim.
Penempahan yang baik melalui panca jiwa selama mengikuti pendidikan akan
menjadikan santri mampu hidup mandiri di atas kaki sendiri. Mampu dan berani
untuk melakukan usaha sendiri. Kesederhanaan dan keikhlasan yang selalu
dikedepankan menjadi modal dasar bagi wirausaha yang sehat. Hal yang menjadi
prinsip pembelajarannya adalah bahwa Gontor tidak mencetak pegawai,
tetapi mencetak majikan untuk dirinya sendiri.
4. Komentar Penulis
Imam Zarkasyi merupakan sosok yang sempurna dilihat dari
pemikiran dan pengorbanan yang tanpa pamrih, sangat heroik karena ketika itu
bangsa Indonesia masih dalam keadaan terjajah. Sungguh beruntung bangsa
Indonesia memiliki sosok yang hebat seperti Imam Zarkasyi. Pemikirannya
memandang jauh ke depan, orang zaman sekarang baru bisa menemukan sistemnya,
sedangkan Imam Zarkasyi sudah dari zaman terjajah telah menemukan dan
menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK-2004), kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP-2006), pengembangan diri (2006), dan pendidikan pembentuk karakter bangsa
(PPKB-2012). Seolah Imam Zarkasyi telah memikirkan untuk puluhan tahun yang
akan datang. Sungguh sebuah pemikiran yang sangat maju. Bukti pemikiran dan usahanya
masih dapat dirasakan sampai sekarang, seperti buku-buku pelajaran yang
dihasilkan dan sistem pendidikan yang diterapkan. Bahkan sistem pondok yang
sampai sekarang banyak dikembangkan merupakan investasi akhirat yang sangat
menjanjikan, bukan hanya Imam Zarkasyi sendiri yang menjadi pendidik tetapi
juga telah mampu melahirkan para kyai, pendidik, dan kader-kader Islam tangguh
yang berperan aktif dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Rumusan Panca Jiwa Imam Zarkasyi telah membentuk
pribadi-pribadi tangguh yang siap bermasyarakat dan menjadi kader umat Islam.
Imam Zarkasyi tidak hanya berkutat dengan filsafat pendidikan tetapi menerapkan
langsung pendidikan yang dirumuskannya. Benarlah kurikulum yang dikembangkannya
tentang bahasa yang menjadi kunci segala ilmu pengetahuan, yaitu bahasa Arab
dan bahasa Inggris. Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an yang menjadi gudang
ilmu Islam, sedangkan bahasa Inggris menjadi bahasa internasional yang sekarang
sedang berkembang. Rumusan panca jiwanya, apabila diterapkan dengan benar akan
mencetak pribadi Islami luar dan dalam, misalnya penerapan berbudi luhur dulu,
berbadan sehat, dan berpengetahuan luas, setelah itu baru boleh berpikiran
bebas. Akan menjadi proyek gagal dan salah besar apabila meloncat ke atas
langsung berpikiran bebas.
Perjuangannya merintis pondok modern harus diberi acungan
jempol, karena masa itu banyak masyarakat yang mencelanya, tetapi Imam Zarkasyi
tetap bersikukuh mempertahankannya, yang ada dalam pemikirannya hanyalah
kemajuan umat Islam melalui pendidikan, dengan pendidikan manusia mampu
mengalahkan penjajah, dengan pendidikan Islam pernah menjadi besar mencapai
zaman keemasan, dan dengan pendidikan juga Islam kalah dan mengalami kemunduran.
Pemikiran dan usaha Imam Zarkasyi sangat hebat, tidak ada
lagi kata yang dapat diungkapkan untuk membahas dan mengomentarinya, selain
ungkapan bahwa K.H. Imam Zarkasyi adalah PAHLAWAN di bidang pembaharuan
pendidikan pesantren yang mampu mereformasi sistem pendidikan Islam di
Indonesia.
C. Kesimpulan
Imam Zarkasyi
memiliki konsep keseimbangan antara ilmu umum dan ilmu agama yang harus
diajarkan dalam proses pendidikan dengan menekankan penanaman konsep Panca
Jiwa, yaitu jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa kemandirian, jiwa ukhuwah
islamiyah dan jiwa bebas dalam setiap penguasaan mata pelajaran.
Konsep pembaharuan pendidikan K.H. Imam
Zarkasyi terdiri dari empat bidang,
yaitu:
1. Sistem dan metode pendidikan, sistem pendidikan pesantren
dibuat klasikal dan sistem pendidikan berasrama, sedangkan metode pendidikan
lebih ditekankan pada kepribadian guru.
2. Materi dan kurikulum pendidikan, materi dan kurikulum
pesantren adalah 100% umum dan 100% agama yang tidak dapat dipisah-pisahkan
satu dengan lainnya.
3. Struktur dan manajemen, pesantren tidak dimiliki oleh pribadi
atau perorangan, tetapi menjadi milik umat Islam yang dikelola oleh suatu badan
tertinggi.
4. Pola pikir dan kebebasan, santri harus mandiri dan bebas
menentukan jalan hidupnya, selain itu pesantren harus independen dan tidak
tergantung kepada pihak manapun.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun, dkk. 1988. KH. Imam Zarkasyi dalam Ensiklopedi Islam di
Indonesia Jilid I. Departemen Agama, Jakarta.
Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Kajian
Filsafat Pendidikan Islam. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Susanto, A. 2010. Pemikian Pendidikan Islam. Amzah, Jakarta.
Yunus, Mahmud. 1979. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Mutiara,
Jakarta.