Perilaku baik atau perilaku terpuji atau budi luhur atau akhlak terpuji sangat ditekankan dalam Islam untuk dimiliki oleh seluruh umat manusia di dunia ini, khususnya umat Islam. Mengapa perilaku terpuji sangat ditekankan? Karena tanpa perilaku terpuji, maka yang terjadi adalah kerusakan dan keberantakan kehidupan, seperti kehidupan sosial atau hubungan antar sesama manusia. Hubungan individu dengan orang lain di sekitarnya akan terganggu. Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, manusia tidak bisa hidup sendiri.
Agar tatanan kehidupan sosial bermasyarakat menjadi baik,
maka manusia memerlukan pedoman dan tuntunan dalam berperilaku, pedoman
tersebut adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an selain menjelaskan tentang hubungan dengan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga menjelaskan tentang hubungan dengan sesama
manusia, yaitu tentang persaudaraan, saling menghormati, larangan menghina, dan
juga larangan berprasangka buruk atau curiga.
Tentang tuntunan hubungan dengan sesama manusia, salah satunya termaktub dalam Surat Al-Hujurat (49) ayat 10 – 12, sebagai berikut:
Al-Qur’an (49) ayat 10
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.
Ayat ini dengan jelas menyebutkan pentingnya persaudaraan
dan perdamaian dalam kehidupan manusia, khususnya untuk orang-orang yang
mengaku beriman. Berarti, orang yang tidak menjaga persaudaraan dan perdamaian
adalah orang yang tidak beriman. Hal ini mengisyaratkan bahwa menjalin
persaudaraan dan menjaga perdamaian sangat penting.
Allah menegaskan dengan jelas bahwa orang-orang beriman adalah bersaudara walaupun berbeda-beda dalam hal bangsa, bahasa, etnis, budaya, kedudukan sosial, perbedaan pendapat atau pandangan, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman harus mengokohkan jiwa persaudaraan sebagaimana disyari’atkan dalam agama Islam. Tatanan kehidupan masyarakat yang terhormat dan bermartabat dapat diwujudkan dengan kunci persaudaraan. Sejarah Islam telah mencatat dan membuktikan persaudaraan tersebut sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang mempersatukan kaum Muhajirin dengan kaum Anshor dalam persaudaraan. Dari sini dapat diambil pelajaran bahwa persaudaraan di antara sesama umat Islam adalah berdasarkan kesamaan iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu seharusnya tidak ada alasan yang dapat dibenarkan untuk memutuskan hubungan persaudaraan tersebut, apalagi karena alasan yang sifat pribadi atau karena didasarkan pada rasa suka tidak suka. Rasa tidak suka yang dipelihara akan memunculkan kebencian di hati seseorang, bahkan diperparah dengan mengajak orang lain untuk mengikuti membenci juga dengan memprovokasi melalui ujaran-ujaran kebencian.
Selanjutnya dalam ayat ini dilanjutkan dengan perintah
untuk mendamaikan dua orang yang berselisih, dua orang saja diperintahkan untuk
didamaikan apalagi banyak orang. Jadi, setiap orang Islam harus berusaha
menjadi orang yang mendamaikan dan bukan menjadi orang yang berselisih.
Kalaupun harus terjadi perselisihan, perselisihan yang terjadi tidak boleh
menjadi alasan untuk memutuskan hubungan persaudaraan.
Al-Qur’an (49) ayat 11
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu
kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olok
lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan
mengolok-olok perempuan lain karena boleh jadi perempuan yang diolok-olok lebih
baik dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela dan
saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah
panggilan fasik setelah iman. Dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim.
Setelah menjelaskan bahwa persaudaraan dan perdamaian
sangat penting, selanjutnya pada ayat 12 memberikan cara untuk menjalin
persaudaraan dan menjaga perdamaian, yaitu dengan tidak saling mengolok-olok
atau menjelek-jelekkan orang lain, tidak saling mencela, dan menyebut orang
lain dengan nama atau panggilan yang tidak menyenangkan.
Ada ancaman Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk orang-orang
yang tidak mau bertobat dari perbuatan mengolok-olok, menjelek-jelekkan, merendahkan,
mencela dan memberi sebutan atau panggilan yang tidak menyenangkan, apa
ancamannya? Allah mengancamnya dengan menyebutkan mereka sebagai kelompok
orang-orang yang zalim. Sebagaimana diketahui oleh umat Islam bahwa zalim
merupakan sifat tercela yang sangat dibenci oleh Allah. Lawan dari zalim adalah
adil.
Al-Qur’an (49) ayat 12
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak
prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu doa. Dan janganlah mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian
yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Pada ayat berikutnya, Allah memberikan tips atau petunjuk
untuk umat Islam agar tidak terjerumus pada perbuatan zalim tersebut. Petunjuk
ini diberikan untuk membina persaudaraan dan perdamaian umat manusia. Petunjuknya
adalah dengan menjauhi banyak prasangka karena sebagian dari prasangka adalah
dosa, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, dan tidak menggunjingkan orang
lain.
No comments:
Post a Comment