Karakteristik Siswa dan Hubungannya dengan Proses
serta Hasil Pembelajaran
Oleh
MUKHAMAD
FATHONI
NIP. 198002162005011003
NIP. 198002162005011003
YAYASAN
PONDOK PESANTREN NURUL HUDA
MTs
NURUL HUDA SUKARAJA OKU TIMUR
Alamat:
Jln.
Kotabaru Sukaraja Buay Madang OKU TIMUR Sumsel 32161
Telp/Hp.
085764669469; e-mail: mtsnh.skj@gmail.com
2012
Karakteristik Siswa dan Hubungannya dengan Proses serta Hasil Pembelajaran
A. Pendahuluan
Al-Qur’an surat al-Hujurat (49) ayat 13:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم
مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ.
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat di atas memberikan gambaran tentang
karakteristik manusia yang berbeda-beda. Berbeda dalam hal bangsa dan suku.
Kedua perbedaan besar tersebut membawa dampak yang besar. Orang Inggris akan
mempunyai karakter yang berbeda dengan orang Afrika. Demikian pula dengan
perbedaan suku, orang Batak mempunyai karakter yang berbeda dengan orang
Madura, dan sebagainya.
Perbedaan karakteristik manusia tersebut juga berlaku
di dunia pendidikan, terutama siswa sebagai input (masukan). Perbedaan
karakteristik siswa tersebut menjadi topik yang penting untuk diperhatikan. Karakteristik
siswa tersebut akan berhubungan dengan proses dan hasil pembelajaran.
Keanekaragaman karakteristik siswa yang antara
lain meliputi keanekaragaman sosial budaya dan keanekaragaman latar belakangn
lainnya menuntu guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu dan
memenuhi standar agar menghasilkan lulusan yang bermutu. Proses pembelajaran harus
dilakukan dengan menyenangkan, memberikan tantangan, dan memberi motivasi siswa
untuk untuk selalu aktif belajar. Proses pembelajaran dengan input yang
beranekaragam juga harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa
untuk berkarya, berkreativitas, dan menumbuhkembangkan kemandirian dengan perkembangan
fisiologis dan psikologis siswa.
B. Pembahasan
1.
Karakteristik Siswa
Sardiman (2001:118): ”Karakteristik siswa adalah
keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari
pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam
meraih cita-citanya.”
Setiap siswa mempunyai kemampuan dan pembawaan yang
berbeda. Siswa juga berasal dari lingkungan sosial yang tidak sama. Kemampuan,
pembawaan, dan lingkungan sosial siswa membentuknya menjadi sebuah karakter
tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Pola perilaku yang terbentuk
tersebut menentukan aktivitas yang dilakukan siswa baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Aktivitas-aktivitas diarahkan untuk mencapai cita-cita siswa,
tentunya dengan bimbingan guru.
Khodijah (2011:181):
Perbedaan
individual di antara anak didik merupakan hal yang tidak mungkin dihindari,
karena hampir tidak ada kesamaan yang dimiliki oleh manusia kecuali perbedaan
itu sendiri. Sejauhmana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan
mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.
Pola perilaku yang dimiliki masing-masing siswa
menyebabkannya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara satu dan yang
lainnya. Perbedaan-perbedaan yang ada merupakan hal yang sudah pasti, tidak ada
satupun siswa yang mempunyai kesamaan dengan lainnya. Apabila ada satu aspek
yang sama maka aspek yang lainnya pasti berbeda. Perbedaan setiap individu
merupakan salah satu faktor yang menjadi pendukung untuk mewujudkan kualitas
masing-masing individu.
”Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada
siswa pandai, kurang pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat
intelektual, emosional, sosial, dan lain-lain yang sifatnya khusus” (Arikunto
2009:296).
Karakteristik siswa antara lain ditemukan ada siswa
yang pandai, siswa kurang pandai, dan siswa yang tidak pandai. Siswa yang
pandai akan lebih mudah menerima materi pembelajaran dibandingkan dengan siswa
yang kurang pandai dan yang tidak pandai. Belum lagi perbedaan dalam bakat,
emosional, dan sosial. Siswa yang berbakat, emosi stabil, dan lingkungan sosial
yang baik akan lebih mudah mengikuti proses pembelajaran bila dibandingkan
dengan siswa yang tidak berbakat, emosi tidak stabil, dan siswa yang berasal
dari lingkungan sosial yang buruk. Perbedaan karakteristik ini menuntut guru
untuk bersikap arif menyikapinya.
Perbedaan individual yang dimiliki anak didik antara
lain meliputi perbedaan dalam aspek biologis, psikologis, intelegensi, bakat,
dan perbedaan lainnya (Khodijah 2011:182).
Begitu banyak ditemukan perbedaan dalam karakteristik
siswa, antara lain perbedaan dalam hal biologis, psikologis, intelegensi, dan
bakat. Keadaan fisik biologis satu siswa dengan yang lain berbeda sama sekali.
Ada siswa yang mempunyai fisik sehat dan lengkap, ada juga siswa yang mempunyai
fisik lengkap tetapi tidak sehat. Keadaan psikologis siswa juga beragam, tidak
semua siswa siap secara psikologis untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Ada siswa yang datang ke sekolah dengan penuh semangat dan senang
gembira, ada siswa yang datang ke sekolah dengan sedih dan susah, ada siswa
yang malas, ada juga siswa yang berangkat ke sekolah karena menghindari
pekerjaan di rumah, dan sebagainya. Intelegensi yang dimiliki siswa juga
berbeda-beda, ada yang mempunyai intelegensi tinggi, intelegensi sedang, dan
ada yang mempunyai intelegensi rendah. Perbedaan lain yang memerlukan perhatian
dari guru adalah bakat. Guru harus memahami bahwa tidak semua siswa mempunyai
bakat dalam semua mata pelajaran.
Karakteristik siswa meliputi fisiologis dan
psikologis. Fisiologis meliputi kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya. Psikologis
menyangkut minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan
sebagainya (Purwanto 1995:107).
Karakteristik siswa yang berikutnya adalah
karakteristik fisiologis dan karakteristik psikologis. Kedua karakteristik ini
memerlukan perhatian khusus dari guru. Siswa dengan kondisi fisiologis kurang
sehat akan lebih memerlukan perhatian dari guru dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
kekurangan pada kondisi fisiologisnya. Karakteristik psikologis siswa juga
berbeda-beda. Minat siswa terhadap suatu pelajaran berbeda-beda, apalagi
penyajian materi pelajaran guru yang tidak menarik. Motivasi tidak kalah
penting untuk diperhatikan. Guru harus mampu memberikan motivasi yang tepat
kepada para siswanya. Motivasi yang tidak tepat hanya akan membuat siswa
semakin tidak bersemangat untuk belajar, karena tidak semua siswa mempunyai
motivasi yang tinggi untuk belajar.
Karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan
belajar siswa antara lain: latar
belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan, gaya belajar, usia
kronologi, tingkat kematangan, spektrum dan ruang lingkup minat, lingkungan
sosial ekonomi, hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan, intelegensia,
keselarasan dan attitude, prestasi belajar, motivasi dan lain-lain (Sardiman
2001:119).
Keberagaman karakteristik yang dimiliki siswa menjadi
faktor pendukung dan sekaligus menjadi penghambat dalam kegiatan belajar
mengajar.
a.
Karakteristik Biologis
Khodijah (2011:182):
Aspek
biologis yang terkait langsung dengan penerimaan pelajaran di kelas adalah
kesehatan mata dan telinga. Anak didik yang memiliki masalah tertentu dalam
penglihatan dan pendengarannya akan mengalami masalah tersendiri dalam menerima
pelajaran. Dalam hal ini, bila kondisi faktor-faktor lain adalah sama, maka
anak yang sehat fisiknya secara menyeluruh akan lebih berpeluang untuk mencapai
prestasi yang maksimal.
Kesehatan fisik anak didik perlu mendapat perhatian
serius dari guru. Tidak semua siswa mengikuti pembelajaran dengan kondisi fisik
yang baik. Kondisi fisik kurang sehat akan mengganggu siswa belajar.
b.
Karakteristik Psikologis
Khodijah (2011:183): ”Perbedaan psikologis pada siswa
mencakup perbedaan dalam minat, motivasi, dan kepribadian.”
Perbedaan siswa dalam hal minat, motivasi, dan
kepribadian akan selalu ditemui pada sekelompok siswa. Tidak semua siswa
mengikuti pelajaran dengan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran. Ada siswa
yang dengan setengah hati mengikuti pelajaran. Demikian pula dengan perbedaan
motivasi, ada siswa yang memiliki motivasi tinggi sehingga sangat aktif
mengikuti pelajaran, sedangkan yang lainnya mungkin setengah termotivasi atau
bahkan tidak termotivasi untuk belajar. Kepribadian siswa juga berbeda, ada
siswa yang terbuka sehingga mudah bergaul dan mempunyai banyak teman, tetapi
adapula siswa yang tertutup sehingga sulit bergaul dan terkesan tidak mempunyai
teman karena sering menyendiri.
c.
Karakteristik Intelegensi
Khodijah (2011:101): ”Intelegensi adalah kemampuan potensial umum
untuk belajar dan bertahan hidup, yang dicirikan dengan kemampuan untuk
belajar, kemampuan untuk berpikir abstrak, dan kemampuan memecahkan masalah.”
Setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut menambah keunikan dalam suatu kelas
pembelajaran. Ada siswa yang dengan cepat mampu menyerap materi pembelajaran
dan ada siswa yang lamban menyerapnya. Ada siswa yang mampu dengan cepat
menyelesaikan soal ujian atau tugas, dan ada siswa membutuhkan waktu lama untuk
menyelesaikan satu tugas saja.
d.
Karakteristik Bakat
Bingham dalam (Khodijah 2011:185-186) mendefinisikan
bakat:
As a
condition or set of charateristics regarded as symptomatic of an individual’s
ability to acquire with training some (usually specified) knowledge, skill, or
set of responses such as the ability to speak a language, to produce mucic,
...etc.
(sebagai
sebuah kondisi atau rangkaian karakteristik yang dianggap sebagai gejala
kemampuan seorang individu untuk memperoleh melalui latihan sebagian
pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian respon seperti kemampuan berbahasa,
kemampuan musik, ... dan sebagainya).
Siswa yang
belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih mudah menerima dan menguasai materi
pembelajaran jika dibandingkan dengan siswa yang tidak berbakat dalam mata
pelajaran tertentu. Walaupun siswa yang tidak berbakat juga sangat dimungkinkan
untuk menerima materi pembelajaran dengan lebih baik.
e.
Karakteristik Lainnya
Khodijah (2011:187): ”Perbedaan individual lain yang
banyak diteliti oleh para ahli adalah perbedaan jenis kelamin, perbedaan etnis,
dan perbedaan kondisi sosial ekonomi.”
Siswa laki-laki dan siswa perempuan berbeda
karakteristiknya. Secara umum, siswa perempuan akan lebih rajin daripada siswa
perempuan. Kondisi sosial ekonomi orang tua siswa sangat beragama, secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi kelompok sosial ekonomi bawah, kelompok
sosial ekonomi sedang, dan kelompok sosial ekonomi atas. Mayoritas siswa
berasal dari kelompok sosial ekonomi sedang.
Ada tiga kelompok karakteristik siswa yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a.
Karakteristik yang
berkaitan dengan fisiologis. Karakteristik ini meliputi: jenis kelamin, kondisi
fisik, usia kronologis, panca indera, tingkat kematangan, dan sebagainya.
b.
Karakteristik yang
berkaitan dengan psikologis. Karakteristik ini meliputi: bakat, minat,
motivasi, intelegensi, gaya belajar, emosi, dan sebagainya.
c.
Karakteristik yang
berkaitan dengan lingkungan. Karakteristik ini meliputi etnis, kondisi sosial ekonomi,
kebudayaan, dan sebagainya.
2.
Proses Pembelajaran
Menurut Tirtarahardja (2005:40):
Proses
pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses
pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan
pendidikan.
Proses pendidikan harus dilaksanakan dengan
memanfaatkan semua komponen yang terkait dengannya agar mencapai tujuan
pendidikan yang berkualitas.
Konsep belajar dan mengajar menjadi padu dalam satu
kegiatan ketika terjadi interaksi antara guru siswa atau siswa siswa dalam
pengajaran yang berlangsung. Di sinilah belajar dan mengajar bermakna sebagai
suatu proses pembelajaran (Sudjana 2008:28).
Proses pembelajaran akan terjadi apabila ada interaksi
dan komunikasi antara guru dan siswa. Tidak semua interaksi dan komunikasi
merupakan proses pembelajaran. Interaksi dan komunikasi merupakan proses
pembelajaran apabila dilaksanakan dengan bimbingan guru dengan alur kegiatan
dimulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Ada empat komponen dalam proses pembelajaran, yaitu
tujuan, materi atau bahan, metode dan alat, dan penilaian (Sudjana 2008:30).
Komponen proses pembelajaran menjadi hal penting yang
harus diperhatikan guru agar kegiatan yang dilaksanakannya mencapai hasil
sesuai dengan yang diharapkan.
Segi transformasi (proses) pendidikan meliputi:
kurikulum atau materi pembelajaran, metode mengajar dan teknik penilaian,
sarana atau media, sistem administrasi, guru dan unsur-unsur personal lainnya
yang terlibat dalam proses pendidikan (Sudijono 1998:27).
Proses pembelajaran juga berkaitan dengan sistem
administrasi dan unsur personal lainnya. Proses pembelajaran akan berjalan baik
apabila didukung oleh sistem administrasi yang baik pula. Sistem administrasi
akan menjadi baik apabila didukung oleh personal-personal yang kompeten sesuai
dengan bidang tugasnya.
Dalam aktivitas pendidikan ada enam faktor pendidikan
yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi namun faktor
integratirnya terutama terletak pada pendidik dengan segala kemampuan dan
keterbatasannya. Keenam faktor pendidikan tersebut meliputi: faktor tujuan,
faktor pendidik, faktor peserta didik, faktor isi/materi, faktor metode
pendidikan, dan faktor situasi lingkungan (Ihsan 1996:7-10).
Komponen proses pembelajaran saling mempengaruhi
antara satu dan lainnya. Walaupun demikian, kemampuan guru masih menjadi faktor
dominan dalam pelaksanaannya. Selain guru, situasi lingkungan juga berpengaruh
besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Situasi yang bising, panas,
dan kotor akan mengganggu proses pembelajaran. Oleh karena itu, situasi
lingkungan belajar harus dikondisikan setenang dan senyaman mungkin agar proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar.
Selain faktor pendekatan, masih banyak faktor lain
yang ikut menentukan keberhasilan proses pembelajaran, antara lain kurikulum,
program pengajaran, kualitas guru, materi, strategi, sumber belajar, dan teknik
penilaian (Muslich 2009:40).
Ada faktor pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru yang turut menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Pendekatan yang
dilakukan harus lebih berpihak kepada siswa, artinya pendekatan tersebut lebih
menyentuh ke siswa, lebih menempatkan siswa sebagai pelaku belajar, sedangkan
guru hanya sebagai motivator, fasilitator, dan organisator.
Setidaknya ada empat komponen yang harus terintegrasi
dalam proses pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode dan alat pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Tujuan pembelajaran
harus dirumuskan secara operasional oleh guru agar hasilnya dapat diukur. Agar
hasil pembelajaran tersebut dapat diukur, maka setiap tujuan pembelajaran harus
ditentukan pula indikator-indikator pembelajarannya. Materi pembelajaran
dipilih sesuai dengan tujuannya. Materi-materi yang tidak sesuai dengan tujuan
harus dihindari. Guru juga harus terampil memilih metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi, metode pembelajaran sebaiknya bervariasi dengan
menggunakan media pembelajaran yang tepat. Instrumen penilaian penting disusun
setelah guru menetapkan tujuan, materi, metode dan alat pembelajaran. Hal yang
harus diperhatikan oleh guru adalah bahwa antara tujuan, materi, metode dan
alat, serta penilaian harus ada kesesuaian dan keterkaitan.
Khodijah (2011:199): ”Suatu pembelajaran dikatakan
berhasil bila mencapai hasil yang diharapkan.” Keberhasilan suatu proses
pembelajaran dapat diukur dari pencapaian tujuannya. Tujuan pembelajaran yang
merupakan hasil yang diharapkan dapat dilihat atau diukur melalui
indikator-indikatornya. Apabila indikator-indikator tersebut tercapai maka
dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran berhasil.
Untuk mengukur proses pembelajaran dapat dikaji
melalui beberapa persoalan sebagai berikut:
a.
Apakah guru merencanakan
dan mempersiapkan pembelajaran melibatkan siswa secara sistematik?
b.
Apakah guru memotivasi siswa
untuk belajar sehingga siswa dengan penuh kesadaran, kesungguhan dan tanpa
paksaan?
c.
Apakah guru menempuh
beberapa kegiatan belajar dengan menggunakan multi metode dan multi media?
d.
Apakah siswa mempunyai
kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya?
e.
Apakah proses pembelajaran
dapat melibatkan semua siswa dalam kelas?
f.
Apakah suasana pembelajaran
cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar?
g.
Apakah kelas memiliki
sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar? (Sudjana
2008:35-37)
Pengkajian terhadap pengukuran proses pembelajaran
dapat dilakukan dengan memperhatikan perencanaan dan persiapan pembelajaran
melibatkan siswa, motivasi belajar siswa, penggunaan multimetode dan
multimedia, penilaian melibatkan siswa, pembelajaran melibatkan semua siswa,
pembelajaran menyenangkan, dan kecukupan sarana belajar.
3.
Hasil Pembelajaran
Suharsimi (2009:295): ”Siswa yang sudah dimasukkan ke
dalam alat pemrosesan, yaitu transformasi, dan sudah menjadi bahan jadi,
dikenal dengan istilah hasil atau keluaran (output).”
Secara mudah dapat dikatakan bahwa hasil pembelajaran
adalah siswa yang telah menjadi bahan jadi setelah melalui tahapan transformasi
atau pemrosesan, yaitu kegiatan belajar mengajar. Kualitas proses pembelajaran
sangat penting untuk memperoleh hasil yang baik.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat
belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena mencapai penguasaan atas sejumlah
bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian tersebut
didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan. Hasil tersebut dapat berupa
perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Purwanto 2009:46).
Perubahan perilaku siswa setelah belajar merupakan
hasil belajar. Siswa setelah mengikuti proses pembelajaran akan mencapai
penguasaan materi pembelajaran yang diberikan, penguasaan materi menyebabkan
perubahan perilaku siswa. Perubahan perilaku harus selalu sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Perubahan perilaku siswa harus mencakup
perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Tipe hasil belajar menurut Bloom, dkk dalam Sudjana
(2008:55) ada tiga, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiganya
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah-pisahkan, dan merupakan hubungan
hirarki.
Tipe hasil belajar menurut Gagne dalam Sudjana
(2008:55) ada lima, yaitu: kemahiran intelektual (kognitif), informasi verbal,
mengatur kegiatan intelektual (strategi kognitif), sikap, dan keterampilan
motorik.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa tipe hasil
belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran ada tiga tipe, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga
tipe tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingganya tidak bisa
dipisah-pisahkan. Hasil belajar tidak hanya pada satu tipe saja, tetapi harus
menyeluruh pada ketiga aspeknya. Apabila perubahan perilaku telah mencakup
ketiga aspek tersebut, barulah dapat dikatakan hasil belajar telah tercapai.
a.
Tipe kognitif
Tipe hasil belajar yang pertama menyangkut aspek
pengetahuan (kognitif). Terjadi perubahan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang
semula tidak tahu menjadi tahu. Aspek pengetahuan ini mencakup perilaku mampu
mengenal, mampu memahami, mampu menerapkan, mampu menganalisis atau
menghubungkan, mampu mensintesis atau menggabungkan, dan mampu mengevaluasi
atau menilai suatu kasus.
b.
Tipe afektif
Tipe hasil belajar yang kedua menyangkut aspek sikap
(afektif). Perubahan perilaku hasil belajar menyangkut sikap siswa. Siswa yang
semula selalu datang terlambat, berubah menjadi selalu datang tepat waktu.
Aspek perubahan sikap ini mencakup perilaku mampu menerima, mampu menanggapi,
mampu menilai, mampu mengorganisasi, dan mempunyai karakter.
c.
Tipe psikomotor
Tipe hasil belajar yang ketiga berkaitan dengan aspek
psikomotor yang meliputi skill (keterampilan) dan kemampuan. Siswa yang semula
tidak bisa berwudlu berubah menjadi bisa berwudlu. Perubahan perilaku aspek
psikomotor meliputi imitasi (mengamati dan menirukan), manipulasi (melakukan
dengan instruksi), presisi (melakukan tanpa bantuan), artikulasi
(mengkombinasikan berbagai aktivitas), naturalisasi (melakukan aktivitas yang
terkait dengan keterampilan lain).
Hasil pembelajaran dapat diukur dengan mengkaji
beberapa persoalan berikut:
a.
Apakah hasil belajar yang
diperoleh siswa dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?
b.
Apakah hasil belajar yang
dicapai siswa mempunyai daya guna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
siswa?
c.
Apakah hasil belajar yang
dicapai siswa tahan lama diingat dan cukup mempengaruhi perilakunya?
d.
Apakah guru yakin bahwa
perubahan siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran? (Sudjana 2008:37-39)
Pengkajian terhadap pengukuran proses pembelajaran
dapat dilakukan dengan memperhatikan bentuk perubahan tingkah laku,
pengaplikasian dalam kehidupan, tahan lama diingat, dan perubahan diperoleh
melalui proses pembelajaran.
4.
Hubungan
Karakteristik Siswa dengan Proses Pembelajaran
Siswa sebagai raw input dalam proses
belajar-mengajar di sekolah memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis
maupun psikologis yang kesemuanya mempengaruhi bagaimana proses dan hasil
belajarnya (Purwanto 1995:107).
Karakteristik siswa sangat mempengaruhi keberhasilan
proses pembelajaran. Siswa yang mempunyai kesiapan secara fisiologis dan
psikologis akan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya,
siswa yang tidak mempunyai kesiapan secara fisiologis dan psikologis akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Perbedaan psikologis siswa dapat dimanfaatkan guru
dalam mengelola kelas, terutama dalam penempatan anak di tempat duduk dan
pengelompokkan (Khodijah 2011:184)
Melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu merupakan salah satu kewajiban guru. Proses
pembelajaran dapat dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas. Umumnya, proses
pembelajaran di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dilaksanakan di dalam
kelas. Pembelajaran di kelas memerlukan kemampuan guru dalam mengelola dengan
sebaik-baiknya agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Salah satu
pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur tempat duduk dan
mengelompokkan siswa sesuai dengan karakteristik psikologisnya. Misalnya, emosi
mempunyai pengaruh terhadap proses belajar seseorang. Emosi positif akan
mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya
emosi negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama
sekali. Karena itu, proses pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan
menciptakan emosi positif pada diri siswa. Usaha menciptakan emosi positif pada
diri siswa dapat dilakukan dengan cara antara lain dengan menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan.
Menurut Elliot dalam (Khodijah 2011:191) bahwa salah
satu cara yang dapat ditempuh oleh guru untuk mengatasi perbedaan individual
siswa adalah dengan penerapan mastery learning, yaitu suatu kualitas
pembelajaran di mana guru dan siswa memutuskan secara bersama tentang waktu
yang dibutuhkan dan apa yang perlu dikuasai oleh siswa.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mengatasi perbedaan karakteristik siswa adalah dengan menerapkan mastery
learning (pembelajaran tuntas). Mastery learning memungkinkan siswa untuk
menyelesaikan materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan karakteristik
masing-masing. Tidak semua siswa mampu menguasai materi pembelajaran dalam waktu
yang sama. Perbedaan
individual merupakan hal yang pasti dijumpai dalam kondisi pembelajaran di
manapun. Menghadapi perbedaan individual siswa, guru harus bersikap bijaksana.
Artinya, guru harus bersikap sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa
dan memberikan perhatian yang cukup kepada siswa yang bermasalah. Guru perlu
memberikan pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan di antara para siswanya.
Hal yang harus dipahami oleh guru adalah tidak semua siswa harus memiliki
penguasaan yang sama terhadap pelajaran.
Cara untuk mengeliminir perbedaan siswa antara lain:
a.
Program nutrisi dan
stimulasi harus diberikan pada anak-anak yang berasal dari keluarga
berpenghasilan rendah.
b.
Penciptaan mekanisme sosial
yang mendukung.
c.
Pembelajaran secara
kontekstual, disesuaikan dengan perbedaan masing-masing.
d.
Mengadakan program
remediasi dua tahap.
e.
Pengembangan
profesionalisme guru dalam upaya meningkatkan pembelajaran yang berorientasi
perbedaan. (Khodijah 2011:193)
Perbedaan karakteristik siswa berhubungan erat dengan
proses pembelajaran yang dilaksanakan, ada beberapa cara yang dapat
dilaksanakan untuk mengurai perbedaan-perbedaan tersebut, antara lain dengan
memberikan program nutrisi kepada siswa yang berasal dari keluarga kurang
mampu, menciptakan mekanisme sosial yang baik di antara para siswa,
melaksanakan pembelajaran konstektual, program remedial bagi yang belum tuntas,
dan meningkatkan prosesionalisme guru.
5.
Hubungan
Karakteristik Siswa dengan Hasil Pembelajaran
Menurut Purwanto (1995:107) bahwa karakteristik yang
dimiliki siswa baik fisiologis maupun psikologis mempengaruhi proses dan hasil
belajarnya.
Kondisi fisiologis siswa mempengaruhi hasil
pembelajaran. Siswa yang belajar dengan kondisi fisiologis baik lebih mungkin
untuk memperoleh hasil yang maksimal bila dibandingkan dengan siswa yang
belajar dengan kondisi fisiologis tidak baik. Siswa yang sedang sakit tidak
akan mampu mengikuti kegiatan belajar dengan baik sehingga hasil yang
diperolehnya juga tidak akan maksimal. Demikian pula dengan kondisi psikologis
siswa, tidak semua siswa yang mengikuti kegiatan belajar datang dengan kondisi
psikologis yang sehat. Ada siswa yang datang ke kelas dengan penuh semangat,
riang gembira, dan minat yang besar untuk belajar. Ada pula siswa yang datang
ke kelas dengan perasaan takut, sedih, susah, malas, tidak senang, dan
sebagainya. Siswa dengan kondisi
psikologis yang tidak sehat akan sulit menerima materi pelajaran sehingga
hasilnya juga kurang. Lain halnya dengan siswa yang mengikuti pelajaran dengan
kondisi psikologis sehat, siswa ini akan mengikuti proses pembelajaran dengan
baik sehingga hasil yang diperolehnya juga akan lebih baik.
Perbedaan psikologis siswa berkorelasi positif dengan
hasil belajar yang dicapai. Siswa yang mempunyai minat besar terhadap
pelajaran, motivasi yang tinggi untuk belajar, dan kemampuan memori yang
maksimal, maka hasil belajar yang dicapai juga akan maksimal (Khodijah
2011:183).
Kondisi psikologis siswa berhubungan positif dengan
hasil belajar, artinya kondisi psikologis sehat maka hasil belajar juga akan
cenderung baik atau meningkat, sebaliknya kondisi psikologis tidak sehat maka
hasil belajar juga akan cenderung tidak
baik atau menurun. Siswa dengan minat besar, motivasi tinggi, dan memori
maksimal akan belajar dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi tinggi, sehingga
akan memperoleh hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sebaliknya, siswa dengan minat, motivasi, dan memori rendah akan
belajar dengan bermalas-malasan dan asal-asalan atau belajar sekenanya saja.
Kondisi seperti ini akan mengakibatkan hasil belajarnya tidak sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan.
Khodijah (2011:186): ”Sudah menjadi asumsi umum bahwa
seseorang akan lebih berhasil kalau dia belajar dalam bidang yang sesuai dengan
bakatnya.”
Menurut Arikunto (2009:295) bahwa siswa yang memiliki
karakteristik atau kekhususan sendiri-sendiri banyak mempengaruhi keberhasilan
dalam belajar.
Karakteristik siswa mempengaruhi hasil belajarnya,
karakteristik yang mendukung akan berpengaruh positif terhadap hasil
pembelajaran, sedangkan karakteristik yang tidak mendukung akan berpengaruh
negatif terhadap hasil pembelajaran.
Sujdana (2008:43): ”Hasil belajar yang dicapai siswa,
banyak dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan lingkungan belajar terutama
kualitas pengajaran.”
Kemampuan siswa secara individual yang merupakan
faktor pembawaan akan mempengaruhi hasil pembelajaran yang dicapainya.
Lingkungan belajar terutama kualitas proses pembelajaran berpengaruh terhadap hasil
pembelajaran. Pengelolaan kelas yang baik dan dukungan fasilitas pembelajaran
yang mencukupi menjadi salah satu faktor pendukung pencapaian hasil belajar.
Hasil belajar akan kurang maksimal apabila tidak didukung dengan ketersediaan
sumber dan media pembelajaran.
Karakteristik siswa mempunyai hubungan positif dengan
hasil pembelajaran. Artinya, semakin baik karakteristik siswa maka hasil
belajar akan cenderung semakin baik atau meningkat. Sebaliknya, karakteristik
siswa yang tidak baik akan menyebabkan hasil belajar tidak baik atau menurun. Misal, perbedaan intelegensi yang merupakan modal
utama dalam belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Setiap siswa
memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
tampak dari proses dan hasil belajar yang dicapai. Pada proses belajar di
kelas, ada siswa yang cepat menerima penyampaian guru dan ada yang lamban.
Tinggi rendah hasil belajar tergantung pada tinggi rendah intelegensi yang
dimiliki, walaupun intelegensi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi
hasil belajar.
C. Kesimpulan
Karakteristik siswa berbeda-beda antara satu dan
lainnya, perbedaan karakteristik tersebut dapat diringkas menjadi tiga macam
karakteristik, yaitu karakteristik siswa yang berkaitan dengan fisiologis,
karakteristik siswa yang berkaitan dengan psikologis, dan karakteristik siswa
yang berkaitan dengan lingkungan.
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
mencapai hasil yang diharapkan. Proses pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pelaksanaan proses
pembelajaran harus memperhatikan komponen-komponen yang ada di dalamnya, yaitu:
guru, siswa, tujuan, materi, metode dan alat, penilaian, sistem administrasi,
personal administrasi, dan lingkungan belajar.
Hasil pembelajaran merupakan perubahan perilaku siswa
secara menyeluruh setelah mengikuti proses pembelajaran yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Perbedaan karakteristik siswa berhubungan erat dengan
proses pembelajaran yang dilaksanakan, ada beberapa cara yang dapat
dilaksanakan untuk mengurai perbedaan-perbedaan tersebut, antara lain dengan
memberikan program nutrisi kepada siswa yang berasal dari keluarga kurang
mampu, menciptakan mekanisme sosial yang baik di antara para siswa,
melaksanakan pembelajaran konstektual, program remedial (perbaikan) bagi yang
belum tuntas, dan meningkatkan prosesionalisme guru.
Karakteristik siswa mempunyai hubungan positif dengan
hasil pembelajaran. Artinya, semakin baik karakteristik siswa maka hasil
belajar akan cenderung semakin baik atau meningkat. Sebaliknya, karakteristik
siswa yang tidak baik akan menyebabkan hasil belajar tidak baik atau menurun.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ihsan, Fuad. 1996. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Khodijah, Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika
Telindo Press.
Muslich, Masnur. 2009. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sardiman AM. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
PT. RajaGradindo Persada.
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Tirtarahardja, Umar, S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dapatkan makalah versi wordnya!!!
Semoga bermanfaat, amin.
No comments:
Post a Comment