Ahlan Wasahlan

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu
!!!SELAMAT DATANG!!!
"Tuhan Selalu Memberikan yang Terbaik untuk Hamba-Nya."


Tuesday, January 22, 2013

Pemikiran Pendidikan KH, Imam Zarkasyi



PEMIKIRAN PENDIDIKAN KH. IMAM ZARKASYI

A.    Pendahuluan
Ilmu pendidikan Islam terkesan terlambat pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan ilmu-ilmu di bidang lain. Hal ini perlu segera diatasi dengan cara menumbuhkembangkan kajian di bidang ilmu pendidikan Islam seperti Imam Zarkasyi yang dianggap sebagai tokoh pembaharu pendidikan Islam di Indonesia. Pemikiran dan perjuangan Imam Zarkasyi dalam mengembangkan pendidikan Islam sampai sekarang banyak diikuti oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren. Banyak tumbuh dan berkembang pesantren-pesantren yang bercorak modern dengan menggabungkan materi pelajaran agama dan umum. Pada era globalisasi tidak hanya dibutuhkan generasi yang mahir dalam ilmu agama tetapi juga mahir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kecermalangan pemikiran Imam Zarkasyi tampak dari pemikirannya bahwa dunia pesantren memerlukan jiwa pesantren yang mampu menggerakan semua aspek yang ada dalam pesantren. Materi pelajaran bukanlah aspek utama dalam sebuah pendidikan pesantren, materi pelajaran hanyalah sebuah alat, sebagaimana ditulis oleh Nata (2001: 200), ”Imam Zarkasyi memiliki pandangan bahwa hal yang paling penting dalam pesantren bukanlah pelajarannya semata-mata, melainkan juga jiwanya. Jiwa itulah yang akan memelihara kelangsungan hidup pesantren dan menentukan filsafat hidup para santrinya.”
Konsep jiwa Imam Zarkasyi dirumuskan dengan jelas dan operasional, sehigga bisa diaplikasikan dalam kehidupan pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya. Rumusan jiwa tersebut disebut dengan istilah Panca Jiwa, yaitu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah diniyyah, dan jiwa bebas (Susanto, 2010:138). Konsep panca jiwa tersebutlah yang menggerakan pesantren yang dipimpinnya mampu berkiprah baik di tingkat nasional maupun internasional. Jiwa inilah yang ditanamkan kepada para santri sebagai bekal pokok dalam kehidupannya baik selama menuntut ilmu di pesantren maupun ketika telah berada di tengah masyarakat. Jiwa tersebutllah yang harus senantiasa dihidupkan, dipelihara, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

B.     Pembahasan
1.    Profil KH. Imam Zarkasyi
Nata (2001:195), Imam Zarkasyi lahir di Gontor, Jawa Timur pada tanggal 21 Maret 1910 M dan meninggal dunia pada tanggal 30 Maret 1985.
Mula-mula Imam Zarkasyi menimba ilmu di beberapa pesantren yang ada di daerah kelahirannya dan daerah sekitarnya. Banyak ilmu yang dipelajarinya seperti bahasa Arab, politik, dan sastra. (Nasution, 1988:407)
Ketika tamat belajar di Kweekschool Padang Panjang, beliau diminta menjadi direktur perguruan tersebut, tetapi hanya setahun ia memenuhi permintaan dan kepercayaan tersebut. Hal ini karena menurut pertimbangannya jabatan bukanlah tujuan utama setelah menuntut ilmu. Setelah menyerahkan jabatan tersebut, ia kembali ke Gontor, karena ia melihat bahwa Gontor lebih memerlukan kehadirannya. Di Gontor, Imam Zarkasyi dan dua saudaranya memperkenalkan program pendidikan baru yang diberi nama Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) dan ia sendiri bertindak sebagai direkturnya. Sebelum Indonesia merdeka, ia menduduki beberapa jabatan penting. Demikian pula setelah Indonesia merdeka, di tengah kesibukannya sebagai pendidik, ia juga menduduki jabatan-jabatan penting lainnya. Tenaga dan pikirannya banyak dibutuhkan di Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Imam Zarkasyi juga ikut andil dalam percaturan internasional. Selain itu, Imam Zarkasyi juga aktif menulis, sehingga karyanya dapat dinikmati sampai saat ini (Nata, 2001:196-198). Kehadiran Imam Zarkasyi sebagai pembaharu pendidikan pesantren telah meletakkan pondasi bagi pesantren modern. Pesantren yang semula dikenal sebagai lembaga pendidikan tradisional jauh dari kemodernan, menjadi pesantren modern yang menghasilkan kader-kader pembangun bangsa yang berperan di Indonesia bahkan internasional.
2.    Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
Susanto (2010:141-142), ”Secara garis besar, pemikiran KH. Imam Zarkasyi meliputi empat  hal pokok, yaitu sistem dan metode pendidikan, materi dan kurikulum pendidikan, struktur dan manajemen, dan pola pikir dan kebebasan.” Keempat pemikiran KH. Imam Zarkasyi inilah yang kemudian banyak diadopsi oleh pesantren-pesantren di Indonesia. Hal ini dilakukan karena sistem seperti inilah yang dipandang layak dan mampu menjawab tantangan dan kebutuhan zaman. Di era sekarang ini sangat dibutukan manusia-manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mempuni dengan didasari oleh iman takwa kepada Allah Yang Maha Esa.
a.    Sistem dan metode pendidikan
Sistem pendidikan yang diterapkan di Gontor adalah sistem pendidikan klasikal dan sistem pendidikan berasrama (boarding institution). kitab-kitab kuning dikemas sedemikian rupa ke dalam buku-buku teks pelajaran yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan para santrinya (Susanto, 2010:142).
Sistem pendidikan klasikal dikembangkan secara terpimpin dan terorganisir dalam bentuk penjenjangan kelas dalam jangka waktu yang ditetapkan. Sistem klasikal ini merupakan bentuk pembaharuan karena berbeda dengan sistem pesantren model lama. Pengajaran dengan sistem ini menjadi lebih efisien, karena dengan biaya dan waktu yang relatif sedikit dapat menghasilkan produk yang besar dan bermutu. Perbaikan terhadap sistem pengajaran menghendaki sejumlah perombakan sistem pengajaran yang dianut oleh pesantren tradisional.
Metode lebih penting dibanding materi, tetapi pribadi guru jauh lebih penting dari metode itu sendiri. Beberapa metode dan kaidah pengajaran dalam proses belajar mengajar di kelas antara lain pelajaran harus dimulai dari yang mudah dan sederhana, tidak tergesa-gesa pindah ke pelajaran yang lain sebelum siswa memahami betul pelajaran yang telah diberikan, proses pengajaran harus teratur dan sistematik, latihan-latihan diperbanyak setelah pelajaran selesai, dan lain-lain yang kesemua kaidah tersebut bisa dipraktikkan oleh setiap guru dengan persyaratan guru harus memiliki dan menguasai metode dalam mengajar (Susanto, 2010:143).
Pembaharuan yang dilakukan Imam Zarkasyi hanya menyangkut metodologi pengajaran di kelas-kelas, sedangkan esensi pelajaran agama yang menjadi inti kitab kuning pada pesantren tradisional tetap ada dan dikemas sedemikian rupa dalam buku-buku yang lebih praktis dan sistematis serta disesuaikan dengan jenjang pendidikan para santri. Santri tetap diberi kesempatan untuk membongkar dan memahami kumpulan kitab-kitab kuning dalam jumlah besar dari berbagai disiplin ilmu agama. Dengan bekal bahasa Arab yang dimiliki, santri diharapkan sudah dapat membaca dan memahami kitab-kitab tebal tersebut dengan sendirinya, tanpa harus dibantu dan diterjemahkan oleh kyai sebagaimana yang dilakukan pada metode sorogan atau wetonan yang dilakukan pesantren tradisional.


b.    Materi dan kurikulum pendidikan
Kurikulum yang diterapkan Imam Zarkasyi adalah 100% umum dan 100% agama (Yunus, 1979:251). Kurikulum pada pesantren tradisional lebih memfokuskan pada materi agama yang tertera dalam kitab-kitab klasik (kuning). Imam Zarkasyi tetap mempertahankan materi-materi agama tersebut, selain itu juga menambahkan materi pengetahuan umum ke dalam kurikulum lembaga pendidikan yang diasuhnya.
Materi dan kurikulum Pondok Modern Gontor pada dasarya adalah totalitas dari kehidupan pondok itu sendiri, yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan lainnya. Tidak ada perbedaan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Semua siswa mendapat dua pengetahuan tersebut sekaligus sesuai dengan tingkatan kelas mereka masing-masing. Materi dan kurikulum yang dikembangkan dibagi menjadi dua bagian, yaitu materi kurikulum yang bersifat intrakurikuler (akademik), dan yang bersifat ekstrakurikuler (nonakademik). Kurikulum intrakurikuler dilakukan oleh Kulliyat Al-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI), sedangkan kurikulum ekstrakurikuler ditangani oleh Organisasi Pelajar Pondok Pesantren (OPPM) dan Gerakan Pramuka (Susanto, 2010:143).
Materi agama dan umum tersebut menjadi kurikulum wajib yang harus dikuasai oleh para santri. Selain itu ada kompetensi yang sangat ditekankan dan harus menjadi karakteristik lembaga pendidikan, yaitu kompetensi bahasa Arab dan bahasa Inggris. Kemampuan dalam penguasaan bahasa Arab dan bahasa Inggris serta berbagai pengetahuan tersebut  tetap harus didasarkan pada asas dan konsep Panca Jiwa untuk mendukung tercapai moralitas dan kepribadian mulia.

c.    Struktur dan manajemen
Demi kepentingan pendidikan dan pengajaran Islam, Imam Zarkasyi mewakafkan Pondok Modern Gontor  kepada lembaga yang disebut Badan Wakaf Pondok Modern Gontor, sehingga tidak menjadi milik pribadi atau perorangan sebagaimana yang umumnya dijumpai dalam lembaga pendidikan pesantren tradisional. Selanjutnya lembaga ini menjadi badan tertinggi yang bertanggung jawab untuk mengangkat kyai untuk masa jabatan lima tahun. Dengan demikian kyai bertindak menjadi mandataris dan bertanggungjawab kepada Badan Wakaf (Nata, 2001:208).
Dengan struktur yang demikian, maka kyai dan keluarga tidak mempunyai hak material apapun terhadap pesantren. Pesantren menjadi lembaga publik yang terbuka dan obyektif.
d.   Pola pikir dan kebebasan
Pola pikir dan kebebasan, ini terutama menyangkut diri santri. Setiap santri diberi arahan melalui pembiasaan, keteladanan, dan pengkondisian lingkungan. Dengan konsep ini diharapkan santri memiliki jiwa berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari, santri bebas untuk menentukan masa depannya, memiliki jiwa keikhlasan dan jiwa kesederhanaan dalam hidup (Susanto, 2010:146).
Jiwa berdikari dan bebas ditanamkan kepada santri. Hal ini berarti bahwa santri harus belajar dan berlatih mengurus kepentingannya sendiri serta bebas menentukan hidupnya di masyarakat. Selain itu, pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan juga harus tetap independen dan tidak tergantung kepada pihak lain.


3.      Aplikasi Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
a.    Keunggulan Sistem Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
Sistem pendidikan yang digagas oleh KH. Imam Zarkasyi terbukti memiliki banyak keunggulan dibanding dengan sistem pendidikan lainnya. Keunggulan tersebut terlihat dari kemodernan sistem yang diterapkan, kemodernan bukan ditonjolkan dari segi fasilitas, modern yang dimaksud adalah modern dalam hal sistem, konsep, dan metodenya. Keunggulan tersebut antara lain:
1)   Pengelompokkan siswa dengan kelas sesuai potensi yang dimiliki siswa. Pengelompokkan ini akan mempermudah guru dalam memberikan materi pelajaran.
2)   Penguasaan dasar-dasar bahasa (Arab dan Inggris). Dasar-dasar bahasa sangat diutamakan dengan mempraktikkannya, karena satu kata yang digunakan berkali-kali lebih baik daripada banyak kata tetapi tidak pernah digunakan. Kemampuan bahasa tersebut akan sangat mendukung bagi pengembangan keilmuan di masa yang akan datang.
3)   Asrama diisi dengan kapasitas besar. Jumlah santri yang menghuni satu kamar sangat banyak, hal ini sangat menguntungkan karena dengan demikian santri akan lebih banyak bersosialisasi dan dapat melakukan belajar bersama dengan sistem tutor sebaya.
4)   Tidak banyak mempelajari kitab kuning. Mempelajari kitab klasik (kitab kuning) bukanlah hal yang mudah, karena bahasa yang digunakan adalah Bahasa Arab, tetapi dengan kemampuan bahasa yang baik, kitab kuning juga akan mampu dikuasai dengan sendirinya.
5)   Kurikulum 100% umum dan 100% agama. Istilah ini mengisyaratkan bahwa kurikulum yang diberikan berimbang antara kurikulum umum dan kurikulum agama, artinya semua keilmuan dipelajari dengan porsi yang sama. Tidak ada dikotomi keilmuan, semua ilmu penting dipelajari sebagai bekal para santri untuk mengarungi kehidupannya nanti. Kurikulum yang dikembangkan dari awal berdiri tidak berubah, karena permasalahan pendidikan bukan terletak pada kurikulumnya, tetapi terletak pada sumber daya manusia pelaksananya. Berapa kalipun sering kurikulum diubah, tetapi bila tidak diikuti dengan peningkatan sumber daya manusianya maka perubahan kurikulum tersebut tidak akan mencapai hasil dengan perubahan yang signifikan.
6)   Sumbangan pemikiran terbesar bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, meliputi:
a)      Melengkapi kebutuhan sumber daya manusia yang harus segera dipenuhi,
b)      Penyeimbangan paradigma dan prestasi generasi Indonesia dengan  negara-negara maju dalam konsep pengetahuan agama dan umum,
c)      Melengkapi intelektulisme calon generasi muslim intra maupun ekstra,
d)     Menjadikan santri yang lebih sayang dan cinta dengan ilmu pengetahuan dan pesantren,
e)      Mewujudkan generasi yang terampil, cakap, intelektual dan bermasyarakat,
f)       Membentuk generasi muslim yang siap di era modern dan globalisasi.
b.    Kiprah Lulusan Sistem Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
Lulusan sistem pendidikan KH. Imam Zarkasyi telah banyak berkiprah baik di panggung nasional maupun internasional. Hal terbukti bahwa yang banyak mampu melanjutkan studi ke Timur Tengah adalah lulusan-lulusan sistem pendidikan yang dikembangkan oleh KH. Imam Zarkasyi. Walaupun tidak semua lulusannya mampu berkiprah, tetapi hal tersebut dapat dimaklumi karena dalam sekelompok orang baik ada satu yang tidak baik, dan dalam sekelompok orang yang tidak baik ada satu yang baik. Menanam padi akan diikuti oleh rumput yang tumbuh di sekitarnya, dan tidak ada menanam rumput akan tumbuh padi.
c.    Kontribusi Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi
Pemikiran pendidikan KH. Imam Zarkasyi banyak diterapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, seperti pesantren modern, sekolah Islam terpadu, sekolah berbasis asrama, kelas sistem klasikal, pembelajaran dimulai dari materi yang mudah ke materi yang sulit. Inilah yang sekarang ini banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Bahkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sering terjadi di dunia pendidikan seperti kasus-kasus yang mencoreng muka pendidikan Indonesia adalah dengan pendidikan pesantren. Pesantren tetap menjadi lembaga pendidikan alternatif yang terbaik. Belum pernah terjadi tawuran santri antar pesantren, atau santri pesantren yang tidak bisa mengikuti ujian karena tidak punya biaya, tidak ada santri dari keluarga miskin yang ditolak masuk pesantren.
Pemikiran pendidikan KH. Imam Zarkasyi sangat mewarnai corak pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), pengmbangan diri dan muatan lokal, pendidikan pembentuk karakter bangsa (PPKB) yang diterapkan di Indonesia, semua itu telah diterapkan oleh KH. Imam Zarkasyi sejak sebelum Indonesia merdeka.
d.   Kaitan Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi dengan Kemandirian Bangsa
Sistem pendidikan dan konsep panca jiwa KH. Imam Zarkasyi melahirkan kemandirian baik secara kelembagaan maupun individu para santrinya. Secara lembaga, lembaga pendidikan yang dikembangkan KH. Imam Zarkasyi adalah lembaga yang mandiri dan tidak terikat dengan salah satu golongan. Sejak dari awal, santri sudah diharuskan belahar hidup mandiri mengurus semua keperluan hidupnya. Kemandirian tersebutlah yang menjadi salah satu faktor lembaga pendidikan tersebut tetap eksis, tidak mengandalkan uluran tangan apalagi dari pemerintah. Slogan yang tertanam dengan kokoh dalam sistem pendidikan KH. Imam Zarkasyi adalah bahwa Gontor di atas dan untuk semua golongan.
e.    Kaitan Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi dengan Enterpreneurship (Kewirausahaan)
Konsep panca jiwa KH. Imam Zarkasyi menjadi dasar bagi kelahiran para wirausahawan-wirausahawan muslim. Penempahan yang baik melalui panca jiwa selama mengikuti pendidikan akan menjadikan santri mampu hidup mandiri di atas kaki sendiri. Mampu dan berani untuk melakukan usaha sendiri. Kesederhanaan dan keikhlasan yang selalu dikedepankan menjadi modal dasar bagi wirausaha yang sehat. Hal yang menjadi prinsip pembelajarannya adalah bahwa Gontor tidak mencetak pegawai, tetapi mencetak majikan untuk dirinya sendiri.
4.      Komentar Penulis
Imam Zarkasyi merupakan sosok yang sempurna dilihat dari pemikiran dan pengorbanan yang tanpa pamrih, sangat heroik karena ketika itu bangsa Indonesia masih dalam keadaan terjajah. Sungguh beruntung bangsa Indonesia memiliki sosok yang hebat seperti Imam Zarkasyi. Pemikirannya memandang jauh ke depan, orang zaman sekarang baru bisa menemukan sistemnya, sedangkan Imam Zarkasyi sudah dari zaman terjajah telah menemukan dan menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK-2004), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP-2006), pengembangan diri (2006), dan pendidikan pembentuk karakter bangsa (PPKB-2012). Seolah Imam Zarkasyi telah memikirkan untuk puluhan tahun yang akan datang. Sungguh sebuah pemikiran yang sangat maju. Bukti pemikiran dan usahanya masih dapat dirasakan sampai sekarang, seperti buku-buku pelajaran yang dihasilkan dan sistem pendidikan yang diterapkan. Bahkan sistem pondok yang sampai sekarang banyak dikembangkan merupakan investasi akhirat yang sangat menjanjikan, bukan hanya Imam Zarkasyi sendiri yang menjadi pendidik tetapi juga telah mampu melahirkan para kyai, pendidik, dan kader-kader Islam tangguh yang berperan aktif dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Rumusan Panca Jiwa Imam Zarkasyi telah membentuk pribadi-pribadi tangguh yang siap bermasyarakat dan menjadi kader umat Islam. Imam Zarkasyi tidak hanya berkutat dengan filsafat pendidikan tetapi menerapkan langsung pendidikan yang dirumuskannya. Benarlah kurikulum yang dikembangkannya tentang bahasa yang menjadi kunci segala ilmu pengetahuan, yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris. Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an yang menjadi gudang ilmu Islam, sedangkan bahasa Inggris menjadi bahasa internasional yang sekarang sedang berkembang. Rumusan panca jiwanya, apabila diterapkan dengan benar akan mencetak pribadi Islami luar dan dalam, misalnya penerapan berbudi luhur dulu, berbadan sehat, dan berpengetahuan luas, setelah itu baru boleh berpikiran bebas. Akan menjadi proyek gagal dan salah besar apabila meloncat ke atas langsung berpikiran bebas.
Perjuangannya merintis pondok modern harus diberi acungan jempol, karena masa itu banyak masyarakat yang mencelanya, tetapi Imam Zarkasyi tetap bersikukuh mempertahankannya, yang ada dalam pemikirannya hanyalah kemajuan umat Islam melalui pendidikan, dengan pendidikan manusia mampu mengalahkan penjajah, dengan pendidikan Islam pernah menjadi besar mencapai zaman keemasan, dan dengan pendidikan juga Islam kalah dan mengalami kemunduran.
Pemikiran dan usaha Imam Zarkasyi sangat hebat, tidak ada lagi kata yang dapat diungkapkan untuk membahas dan mengomentarinya, selain ungkapan bahwa K.H. Imam Zarkasyi adalah PAHLAWAN di bidang pembaharuan pendidikan pesantren yang mampu mereformasi sistem pendidikan Islam di Indonesia.

C.    Kesimpulan
Imam Zarkasyi memiliki konsep keseimbangan antara ilmu umum dan ilmu agama yang harus diajarkan dalam proses pendidikan dengan menekankan penanaman konsep Panca Jiwa, yaitu jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa kemandirian, jiwa ukhuwah islamiyah dan jiwa bebas dalam setiap penguasaan mata pelajaran.
Konsep pembaharuan pendidikan K.H. Imam Zarkasyi terdiri dari empat bidang, yaitu:
1.      Sistem dan metode pendidikan, sistem pendidikan pesantren dibuat klasikal dan sistem pendidikan berasrama, sedangkan metode pendidikan lebih ditekankan pada kepribadian guru.
2.      Materi dan kurikulum pendidikan, materi dan kurikulum pesantren adalah 100% umum dan 100% agama yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan lainnya.
3.      Struktur dan manajemen, pesantren tidak dimiliki oleh pribadi atau perorangan, tetapi menjadi milik umat Islam yang dikelola oleh suatu badan tertinggi.
4.      Pola pikir dan kebebasan, santri harus mandiri dan bebas menentukan jalan hidupnya, selain itu pesantren harus independen dan tidak tergantung kepada pihak manapun.



















DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun, dkk. 1988. KH. Imam Zarkasyi dalam Ensiklopedi Islam di Indonesia Jilid I. Departemen Agama, Jakarta.

Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Kajian Filsafat Pendidikan Islam. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Susanto, A. 2010. Pemikian Pendidikan Islam. Amzah, Jakarta.

Yunus, Mahmud. 1979. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Mutiara, Jakarta.

No comments: