Ahlan Wasahlan

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu
!!!SELAMAT DATANG!!!
"Tuhan Selalu Memberikan yang Terbaik untuk Hamba-Nya."


Friday, November 25, 2011

Makalah Memori


MEMORI






Makalah




Oleh

Mukhamad Fathoni
NIP. 198002162005011003



YAYASAN PONDOK PESANTREN NURUL HUDA
MTs NURUL HUDA SUKARAJA OKU TIMUR
Alamat:
Jln. Kotabaru Sukaraja Buay Madang OKU TIMUR Sumsel 32161
Telp/Hp. 085764669469; e-mail: mtsnh.skj@gmail.com
2011


MEMORI

A.      Pendahuluan
Salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya adalah manusia memiliki kemampuan untuk mengingat sesuatu dengan kapasitas sangat besar yang tak terhitungkan besarnya, tetapi banyak manusia yang tidak memanfaatkan kemampuannya tersebut dengan seoptimal mungkin dan banyak manusia yang memanfaatkan kemampuan tersebut sekedarnya saja, sehingga kemampuan tersebut tidak diperlakukan dengan baik karena berbagai faktor yang menyebabkannya.
Kemampuan mengingat pada manusia memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan manusia, terlebih untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-harinya. Jika manusia melakukan aktivitas berpikir maupun menalar, maka sebagian besar manusia menggunakan fakta dari kemampuan mengingatnya. Manusia menggunakan konsep waktu dengan menghubung-hubungkan masa sekarang dengan masa lalu serta membuat perencanaan untuk masa yang akan datang. Hal tersebut dimungkinkan dengan keberadaan fasilitas fungsi kemampuan mengingat yang kuat dan dapat disesuaikan pada berbagai situasi. Oleh karena kemampuan mengingat inilah manusia dapat dikatakan makhluk bersejarah. Artinya makhluk yang tidak ditentukan oleh pengaruh proses dari hal yang terjadi saat kini saja, tetapi berkembang dalam sejarah masa lalunya yang masih dimilikinya dan sewaktu-waktu dapat dihidupkan kembali.
Kemampuan manusia untuk mengingat sesuatu inilah yang kemudian dikenal dengan istilah memori atau ingatan. Pembahasan tentang kemampuan manusia untuk mengingat akan sangat menarik, mengingat fungsinya sangat penting dalam kehidupan manusia. Makalah ini akan membahas memori yang meliputi: konsep memori, struktur memori, jenis memori, faktor yang mempengaruhi memori, lupa, strategi memori, dan hubungan antara memori dan belajar.



B.       Pembahasan
1.    Konsep memori
Memori dikenal oleh masyarakat umum sebagai ingatan. Banyak ahli yang telah memberikan definisi memori. Berikut ini beberapa definisi memori menurut para ahli:
(Slameto, 2010: 111), ”Ingatan adalah penarikan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya.” Definisi ini masih sangat sederhana karena hanya menekankan pada kemampuan seseorang untuk memunculkan kembali informasi yang telah diperolehnya di masa lalu, dengan kata lain ingatan adalah memunculkan kembali pengalaman masa lalu. Misal, seorang siswa yang telah belajar tentang nama-nama malaikat Allah, suatu saat siswa tersebut mendengar seseorang menyebut nama Jibril, kemudian siswa tersebut ingat bahwa Jibril merupakan nama salah satu malaikat Allah.
Memory (ingatan, daya ingatan): 1. Fungsi yang terlibat dalam mengenang atau mengalami lagi pengalaman masa lalu. 2. Keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat diingat kembali. 3. Satu pengalaman masa lalu yang khas (Chaplin, 2002: 295). Ada tiga ciri yang terkandung dalam memori, yaitu: fungsi, pengalaman/informasi, dan spesifikasi. Memori melibatkan fungsi dari suatu sistem yang dapat difungsikan, sehingga memerlukan alat atau tempat untuk melaksanakan fungsi untuk merekam. Memori juga melibatkan informasi yang diperoleh melalui suatu aktivitas, sehingga informasi yang didapat akan menjadi suatu pengalaman yang disimpan pada suatu tempat. Tidak semua informasi atau pengalaman yang akan dapat direkam dengan baik, hanya informasi-informasi yang memiliki kekhususan (kesan tertentu) yang dapat disimpan. Jadi, memori merupakan suatu proses kerja yang melibatkan alat-alat atau tempat untuk menerima, menyimpan, dan mengingat kembali informasi-informasi yang memiliki kekhususan.
Syah (2004: 72), ”Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia.” Di sini, memori merupakan sistem kerja otak manusia untuk menangkap dan menyimpan pengetahuan.
Mengingat merupakan pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau (Fauzi, 2004: 50) Memori dalam pengertian ini lebih menekankan pada kemampuan kognitif seseorang, yaitu kemampuan untuk menyebutkan atau menghafal suatu kegiatan yang pernah dilakukan pada masa lalu.
Memori ialah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat dalam otak. (Bruno dalam Syah, 2004: 72) Semua aktivitas memori berpusat di otak dan ada tiga kegiatan dalam memori, yaitu:
a.       Pengkodean. Pada tahap awal informasi-informasi yang diterima terlebih dahulu diberi kode atau tanda atau pengelompokkan.
b.      Penyimpanan. Setelah informasi tersebut diberi kode, kemudian diteruskan ke tempat penyimpanan. Di tempat penyimpanan informasi akan bertahan di dalamnya sampai suatu saat dibutuhkan untuk dimunculkan kembali. Tiak semua informasi yang diterima dapat disimpan. Waktu penyimpanan tergantung pada kualitas dan kapasitas tempat yang dimiliki otak masing-masing individu.
c.       Pemanggilan kembali. Pada tahap ini, informasi-informasi yang telah disimpan tadi dipanggil sesuai dengan kebutuhan, walaupun tidak semua informasi yang diterima dan disimpan dapat dipanggil kembali, karena sebagian atau bahkan semua informasi yang disimpan dapat hilang atau tertutup oleh informasi yang lainnya.
Ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan (Suryabrata, 2010: 44) Definisi ini sama dengan definisi dari Bruno, hanya terdapat perbedaan pada tahap ketiga. Bruno menggunakan istilah pemanggilan kembali, sedangkan Suryabrata menggunakan istilah mereproduksi kesan. Istilah mereproduksi kesan mengandung pengertian yang lebih dalam dan luas, karena mereproduksi adalah melakukan (membuat) reproduksi; menghasilkan (memproduksi) ulang; menghasilkan (mengeluarkan) kembali (Pusat Bahasa Diknas).
Ingatan merupakan hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Dengan kemampuan mengingat pada manusia, maka ini menunjukan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang pernah dialami, sama halnya dengan memunculkan kembali sesuatu yang pernah terjadi dan tersimpan dalam ingatan. Jadi, memori adalah keseluruhan proses fungsi mental yang berpusat di otak untuk memunculkan kembali pengetahuan tertentu tentang pengalaman masa lalu melalui tahapan menangkap/menerima, memberi kode, menyimpan, mereproduksi, dan memanggil/memunculkan kembali.
 
2.    Struktur memori
Syah (2004: 74), ”struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni: sensory register, short term memory, dan long term memory.”
Khadijah (2011: 134), ”Sistem memori manusia tersusun dari tiga komponen storage (penyimpanan). Informasi (yaitu stimulus dari lingkungan) terlebih dahulu melalui sensory storage, lalu melewati short-term memory dan pada akhirnya berakhir dalam long-term memory.
Informasi yang diterima dapat disimpan untuk: 1) beberapa saat saja, 2) beberapa waktu, 3) jangka waktu yang tidak terbatas (Slameto, 2010: 111).
Ketiga ahli tersebut mempunyai kesamaan pandangan tentang struktur memori, bahwa struktur memori terdiri dari tiga bagian, yaitu sensory storage, short term memory, dan long term memory.
a.       Sensory storage (memori sensoris/sensory register)
Bagian ini merupakan tempat pertama yang dilalui, yaitu organ-organ penerima informasi yang terdiri dari panca indera manusia. Pada tahap ini semua informasi akan diterima oleh panca indera. Karena keterbatasan panca indera, maka tidak semua informasi yang diterima akan dapat disimpan untuk diteruskan ke shor term memory.
b.      Short term memory
Short term memory merupakan tempat penyimpanan sementara informasi yang telah diterima oleh sensory storage. Informasi-informasi yang ada pada short term memory tidak akan bisa bertahan lama.
c.       Long term memory
Informasi yang telah sampai pada short term memory akan diteruskan ke long term memory, tetapi hanya sebagian kecil saja dari informasi yang diterima bisa sampai ke long term memory. Informasi-informasi yang ada di long term memory inilah yang nantinya akan dapat dimunculkan kembali sebagai suatu pengetahuan.
Sebagai ilustrasi tentang struktur memori ini dapat dicontohkan sebagai berikut:
Seorang siswa sedang menerima pelajaran tentang 25 nama nabi yang wajib dipercayai dari Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW. Informasi tentang 25 nama nabi ini diterima oleh panca indera. Dua puluh lima nama nabi yang tertangkap oleh panca indera siswa tidak semuanya dapat diteruskan ke short term memory, mungkin hanya 15 sampai 20 nama saja yang sampai di short term memory. Kemudian dari 15 sampai 20 nama tersebut diteruskan ke long term memory, tetapi tidak semuanya dapat diteruskan, mungkin 5 sampai 10 nama saja, atau mungkin ada yang 1 sampai 10, bahkan mungkin ada siswa yang sama sekali tidak dapat meneruskan semua informasi tentang nama 25 nabi tersebut.
Jadi, ada tiga bagian memori yang terlibat dalam proses memori, yaitu memori sensoris, memori jangka pendek (short term memori), dan memori jangka panjang (long term memori). Informasi akan selalu diterima oleh memori sensoris, kemudian sejumlah tertentu akan diteruskan ke dalam memori jangka pendek dan yang lain hilang. Informasi di memori jangka pendek akan mengalami proses seleksi untuk diteruskan ke memori jangka panjang, sedangkan yang tidak diteruskan akan dilupakan.

3.    Jenis memori
Menurut Syah (2004: 77),
Ditinjau dari sudut jenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri atas dua macam yakni:
1.    Semantic memory (memori semantik), yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
2.    Episodic memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.

Tulving (dalam Solso, 2007: 207) mengklasifikasikan memori ke dalam dua jenis, yaitu memori episodik dan memori semantik. Memori episodik (episodic memory) adalah suatu sistem memori neurokognitif yang memungkinkan seseorang mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lalunya. Memori semantik (semanctic memory) adalah memori mengenai kata, konsep, peraturan, dan ide-ide abstrak; memori ini penting bagi penguasaan bahasa.
”Para pakar teori pemrosesan informasi membagi LTM ke dalam 3 bagian, yaitu: episodic memory, semantic memory dan procedural memory” (Slavin dalam Khadijah, 2011: 139)
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut ada tiga jenis memori yang tersimpan pada long term memory, yaitu:
a.       Memori semantik
Memori ini menyimpan tentang pengertian suatu obyek yang diketahui seseorang baik berupa kata, konsep, peraturan, maupun ide-ide abstrak. Memori ini penting bagi seseorang untuk menerapkan informasi yang telah diketahuinya dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Ketika seorang siswa mampu menghubungkan antara konsep Al-Qur’an dan agama Islam; Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam, maka siswa tersebut telah menggunakan memori semantiknya. Sebagian besar hal-hal yang dipelajari di sekolah disimpan dalam memori semantik.
b.      Memori episodik
Memori inilah yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, sehingga seseorang dapat mengingat kembali kejadian-kejadian yang pernah dialaminya. Ketika seseorang mengingat masa sekolahnya di sekolah dasar, maka orang tersebut sedang menggunakan informasi yang tersimpan dalam memori episodiknya. Memori episodik merupakan pengalaman personal, sebuah gambaran mental tentang hal-hal yang dilihat atau didengar.
c.       Memori prosedural
Procedural memory menunjukkan pada ”knowing how” (Khadijah 2011:140). Ketika seorang anak mampu membuka dan melepas baju, maka anak tersebut telah menggunakan memori prosedural.

4.    Faktor yang mempengaruhi memori
Kuat atau lemahnya memori seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kondisi fisik. Faktor lain yang juga mempengaruhi ingatan adalah usia (Khadijah, 2011: 141).
Kemampuan mengingat seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk mengingat suatu informasi yang diterimanya. Kondisi fisik seperti sakit dapat menyebabkan kesulitan untuk mengingat, karena pada saat sakit kondisi jasmani sedang mengalami gangguan.
Selain itu, usia juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ingatan seseorang. Anak-anak akan lebih mudah menerima dan menyimpan informasi dibandingkan dengan orang yang telah berusia lanjut.

5.    Lupa
Tidak semua informasi yang diterima oleh panca indera diteruskan ke sensory storage, dari storage informasi juga tidak semuanya dapat diteruskan ke short term memory, demikian juga informasi yang sampai ke short term memory dapat disimpan di long term memory. Walaupun informasi telah sampai di long term memory, tetapi tidak semua informasi dapat dimunculkan kembali. Inilah yang dinamakan lupa.
Khadijah (2011: 142), ”Lupa (forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau memunculkan kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.” Otak tidak mempunyai kemampuan untuk menampilkan kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
Masalah lupa bukanlah masalah waktu;  bukan soal jarak waktu antara pengamatan dan ingatan, melainkan masalah kejadian-kejadian atau gangguan-gangguan tertentu di dalam jiwa manusia (Purwanto, 1995: 111-112).
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan lupa terhadap sesuatu yang pernah dialami: karena tidak pernah digunakan lagi, ada hambatan-hambatan yang terjadi karena gejala-gejala/isi jiwa yang lain, dan represi (Purwanto, 1995: 112).
Proses terjadi lupa: karena tidak digunakan lagi, karena mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, karena mempelajari hal yang baru, karena melupakan sesuatu (Fauzi, 2004: 52-54).
Djamarah (2002: 173), ”Lupa bukan berarti hilang. Sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan di alam bawah sadar.”
Syah (2004: 169-171) menyebutkan bahwa ada enam faktor penyebab lupa, yaitu:
1.    gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
2.    tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja ataupun tidak.
3.    Perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali.
4.    perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
5.    materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa.
6.    perubahan urat syaraf otak.
Informasi yang baru diterima mengganggu informasi yang lama atau sebaliknya informasi yang baru terganggu oleh informasi yang lama. Dalam hal informasi yang baru mengganggu informasi yang lama, maka informasi yang lama akan sulit diingat atau dimunculkan. Dalam hal informasi baru terganggu oleh informasi lama, maka yang akan terjadi adalah informasi yang baru akan sulit diterima atau disimpan. Hal ini bisa terjadi karena jarak waktu antara informasi baru dan informasi lama relatif dekat.
Informasi yang ada tertekan oleh keadaan psikis. Informasi yang diterima mungkin menyenangkan, menyedihkan, atau menyusahkan, sehingga informasi tersebut hilang atau berusaha dihilangkan.
Perubahan situasi lingkungan saat menerima informasi yang berbeda dengan situasi saat mengingat juga menyebabkan informasi tersebut susah untuk diingat. Siswa yang hanya menerima materi di kelas, kemungkinan besar akan susah mengingatnya kembali jika sudah ada di lapangan.
Sikap dan minat siswa yang kurang senang terhadap informasi yang diterima akan menyebabkan informasi yang diterima akan terlupakan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa informasi yang tidak pernah digunakan akan mudah hilang, walaupun dapat dimunculkan kembali apabila diberi pancingan. Kondisi fisik juga turut menyebabkan terjadi lupa, seperti sakit.

6.    Strategi memori
Khadijah (2011: 144), ”Strategi memori adalah strategi yang digunakan untuk membantu memudahkan dalam mengingat informasi dengan lebih baik.”
Individu-individu berbeda-beda dalam kemampuannya mengingat, tetapi tiap orang dapat meningkatkan kemampuan mengingatnya dengan pengaturan kondisi yang lebih baik dan penggunaan metode yang lebih tepat (Suryabrata, 2010: 54).
Kemampuan memori manusia terbatas dan berbeda-beda antara satu dengan orang lainnya. Namun demikian, ada cara-cara tertentu yang dapat ditempuh seseorang agar mudah mengingat suatu informasi, antara lain dengan menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan bugar, menciptakan suasana dan ruang yang tepat untuk belajar, dan sebagainya. Brynes (dalam Khadijah, 2011:144) menyebutkan lima strategi yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan mengingat seseorang, yaitu rehearsal, organisasi, elaborasi, method of loci, dan metode kata kunci (key word method).
Strategi rehearsal ditempuh dengan memperbanyak latihan atau pengulangan suatu informasi. Strategi organisasi dilakukan dengan menyusun informasi-informasi yang diterima dalam kelompok-kelompok tertentu. Strategi elaborasi dilakukan dengan menciptakan makna tertentu terhadap informasi yang diterima. Strategi of loci dilakukan dengan cara menggunakan tempat-tempat tertentu yang telah dikenal untuk membantu mengingat. Strategi kata kunci dilakukan dengan menggunakan kata-kata tertentu yang sama untuk mengingat informasi.

7.    Hubungan antara memori dan belajar
Syah (2004: 72), ”Hubungan antara belajar, memori, dan pengetahuan itu sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan”.
Khadijah (2011: 150), ”Dalam belajar dibutuhkan pemanfaatan kemampuan memori oleh siswa guna menyerap informasi yang diterima, menyimpannya, dan memunculkannya kembali saat menjawab soal ulangan atau ujian.”
Memori adalah keseluruhan proses fungsi mental yang berpusat di otak untuk memunculkan kembali pengetahuan tertentu tentang pengalaman masa lalu melalui tahapan menangkap/menerima, memberi kode, menyimpan, mereproduksi, dan memanggil/memunculkan kembali; sedang belajar merupakan proses perubahan perilaku seseorang yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu yang baru baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Belajar melibatkan semua panca indera dan fungsinya untuk menerima materi pelajaran, kemudian mengolah dan menyimpannya. Suatu saat informasi harus dapat dimunculkan kembali apabila dibutuhkan. Hasil dari proses belajar yang dilakukan dapat diketahui dari kemampuan seseorang untuk memunculkan kembali materi pelajaran yang telah dipelajari.
Belajar yang berarti lebih mudah terjadi dan lebih lama diingat dibandingkan dengan belajar yang tampaknya tidak ada artinya. Menghafal deretan huruf-huruf yang tidak ada hubungan arti adalah sangat sulit dan lama. Untuk memudahkannya guru perlu membubuhkan suatu arti sehingga mudah diingat. Belajar menghubungkan atau merangkaikan dua objek atau peristiwa menjadi lebih mudah apabila kedua objek atau peristiwa itu terjadi atau dijumpai dalam urutan yang berdekatan, baik ditinjau dari segi waktu maupun ruang. Dalam pelajaran, pengertian keadilan diajarkan berurutan dengan pengertian ketidakadilan; bentuk rumah khas Minangkabau ditunjukkan bersamaan dengan bentuk rumah Joglo Jawa. Siswa yang sudah berhasil mengingat objek yang satu akan mudah ingat objek lainnya. Belajar dipengaruhi oleh frekuensi perjumpaan dengan rangsangan dan tanggapan yang sama atau serupa yang dibuat. Dalam pelajaran, siswa menjadi makin baik pengusaannya jika kepada siswa diberikan lebih banyak kesempatan untuk mengulang dan berlatih. Mengulang-ulang sangat cocok untuk belajar keterampilan psikomotor, seperti bermain piano, mengetik, melukis huruf. Belajar tergantung pada akibat yang ditimbulkannya. Ini berarti bahwa pelajaran  yang memberi kesan menyenangkan, menarik, mengurangi ketegangan, bermanfaat, atau memperkaya pengetahuan lebih efisien dan tersimpan atau memberi kesan yang lebih lama. Belajar sebagai suatu keutuhan yang dapat diukur tidak hanya tergantung pada proses bagaimana belajar itu terjadi, tetapi juga pada cara penilaiannya atau penggunaannya. Ini berarti bahwa apapun yang dianggap telah dipelajari oleh seseorang, ia hanya akan dapat menunjukkan penguasaannya atas sebagian dari yang telah dipelajari, dan ini tergantung pada macam pertanyaan atau situasi yang diciptakan untuk menunjukkan penguasaan tersebut.

C.    Simpulan
Memori adalah keseluruhan proses fungsi mental yang berpusat di otak untuk memunculkan kembali pengetahuan tertentu tentang pengalaman masa lalu melalui tahapan menangkap/menerima, memberi kode, menyimpan, mereproduksi, dan memanggil/memunculkan kembali.
Struktur memori terdiri dari tiga bagian, yaitu sensory storage, short term memory, dan long term memory. Sensory storage merupakan bagian penerima informasi, short term memory merupakan tempat penyimpanan sementara informasi yang diterima, dan long term memory merupakan tempat penyimpanan memori yang nantinya akan dimunculkan kembali saat dibutuhkan.
Ada tiga jenis memori yang tersimpan pada long term memory, yaitu: memori semantik, memori periodik, dan memori prosedural. Memori semantik menyimpan tentang pengertian suatu obyek yang diketahui seseorang baik berupa kata, konsep, peraturan, maupun ide-ide abstrak. Memori episodik yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, sehingga seseorang dapat mengingat kembali kejadian-kejadian yang pernah dialaminya. Memori prosedural adalah memori yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan.
Kuat atau lemah memori seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor dari dalam diri seseorang dan faktor dari luar diri seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain kondisi fisik dan usia.
Lupa merupakan ketidakmampuan otak untuk menampilkan kembali informasi yang telah dipelajari atau diterima sebelumnya. Faktor penyebab lupa antara lain: ada gangguan konflik antara materi yang ada dalam sistem memori siswa, ada tekanan terhadap item yang telah ada, perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali, perubahan sikap dan minat siswa, materi pelajaran tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa, dan perubahan urat syaraf otak.
Kemampuan mengingat tiap orang berbeda-beda, tetapi tiap orang dapat meningkatkan kemampuan mengingatnya dengan mengatur kondisi yang baik dan menggunakan metode yang tepat. Strategi yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan mengingat seseorang antara lain: rehearsal, organisasi, elaborasi, method of loci, dan metode kata kunci.
Memori mempunyai hubungan yang sangat erat dengan belajar. Belajar melibatkan semua panca indera dan fungsinya untuk menerima materi pelajaran, kemudian mengolah dan menyimpannya. Hasil proses belajar dapat diketahui dari kemampuan siswa untuk memunculkan kembali materi pelajaran yang telah dipelajari.




DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Kartini Kartono. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Khadijah, Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang: CV. Grafika Telindo Press.

Purwanto, Ngalim. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Solso, Robert L, dkk. 2007. Psikologi Kognitif. Alih bahasa: Mikael Rahardanto, Kristianto Batuadji. Jakarta: Erlangga.

Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

No comments: